Kisah Unik Dibalik Berdirinya Masjid An-Nur Nurul Miftahussofyan di Tuban yang Memiliki Satu Tiang

Reporter : Muhammad Nurkholis

blokTuban.com – Berdiri pada 18 Agustus 1994 Masjid An-Nur Nurul Miftahussofyan yang terletak di Dusun Gomang, Desa Lajulor, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban menjadi salah satu masjid unik di Kabupaten Tuban saat ini.

Kenapa unik, masjid ini berdiri dengan satu batang kayu jati dengan diameter sekitar 85 sentimeter dengan tinggi 27 meter. Di topang oleh satu batang pohon jati yang besar tersebut menjadikan Masjid An-Nur Nurul Miftahussofyan di juluki oleh masyarakat sebagai masjid tiang satu.

Menurut KH Noer Nasroh Hadiningrat pengasuh Pondok Pesantren Wali Songo yang juga pelopor  berdirinya masjid ini menceritakan awal mula berdirinya Masjid dilatar belakangi karena pondok pesantren mendapatkan semakin banyak santri, dan saat itu di lokasi tersebut belum berdiri ssebuah masjid menjadikankah KH Noer Nasroh Hadiningrat  terpikir untuk membangun sebuah masjid.

“Saat itu semakin banyaknya santri tapi disini belum ada masjid jadi terpikir untuk membuat sebuah masjid,” ujar KH Noer Nasroh Hadiningrat  kepada wartawan, Sabtu (1/04/2023).

Bahkan saat itu para santri ketika hendak melakukan Shalat Jumat harus melaksanakan Shalat Jumat di sebuah mushola.

Membangun masjid dengan tiang setinggi 27 meter menjadi sebuah tantangan tersendiri saat itu, karena bagaimana sebuah batang kayu berukuran sangat panjang bisa berdiri dengan tegak dan kuat, tanpa bantuan alat berat, dengan dibantu sekitar 7 orang, kayu tersebut diikat dengan tali dari bambu dan ditarik secara beramai – ramai ternyata ringan, akhirnya tiang bisa berdiri tegak.

Sebelumnya masyarakat yang mengetahui akan dibangunnya sebuah masjid dengan konsep satu tiang, menjadikan masyarakat sekitar penasaran bagaimana proses pembangunannya, mengetahui hal tersebut, KH Noer Nasroh Hadiningrat  yang awalnya berencana mendirikan tiang pada hari Minggu Wage harus diundur menjadi Kamis Legi dengan alasan agar masyarakat tidak mengetahui.

“Saya khawatir, jika nanti dilihat banyak masyarakat ternyata kayunya tidak kuat saya yang malu, tapi atas pertolongan Allah, kayu tersebut saat ditarik terasa ringan,” tambahnya.

Selain itu terdapat sebuah cerita unik lainnya ketika proses mendirikan tiang tersebut, tenyata terdapat mbah – mbah yang melempar emas dan uang ke bawah kayu, ternyata mereka  menganut paham tentang berdirinya Kerajaan Mataram, bahwa ada cerita saat Kerajaan Mataram dibangun tanahnya ambles lagi, sehingga sebagai penguat diberi perhiasan.

Untuk Penamaan masjid An-Nur Nurul Miftahussofyan merupakan gabungan dari nama 3 orang. Diambil dari nama Kiai Noer itu sendiri, pak Miftah yang saat itu menjabat ADM Perhutani KPH Jatirogo dan pak Sofyan sebagai Asper.

“Dulu saya mendapatkan kayu dari bantuan pak Miftah yang saat itu menjabat ADM Perhutani KPH Jatirogo dan pak Sofyan sebagai Asper. Makanya, untuk mengenang nama kami bertiga diputuskan untuk menggunakan nama masjid ini yaitu An-Nur Nurul Miftahussofyan,” imbuhnya.

Panjang tiang 27 meter ternyata memiliki makna bahwa Shalat 5 waktu yang diturunkan Nabi Muhammad SAW ketika Isro’ dan Mi’roj, pada 27 Bulan Rajab. Kemudian, panjang masjid 40 meter juga memiliki makna Nabi Muhammad SAW menerima wahyu saat berusia 40 tahun.

Kemudian memiliki lebar 17 meter yang bisa diartikan bahwa Nuzulul Alquran pada tanggal 17 bulan Ramadhan serta angka 17 juga menandakan kecintaan terhadap Bangsa Indonesia dan disukai oleh Allah SWT, sebab kewajiban Shalat ada 17 rakaat.[Nur/Dwi] 

 

 

Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS