Jembatan Kurung, Penopang Ekonomi Petani Sokogrenjeng

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Bekas jembatan rel kereta api Rembang-Bojonegoro memiliki manfaat besar bagi warga Sokogrenjeng, Kecamatan Kenduruan Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya. Pasalnya jembatan peninggalan kolonial Belanda ini masih berdiri kokoh, sebagai penopang mobilisasi pertanian warga setempat.

Karsiyo (46) misalnya, petani padi tersebut mengaku sangat terbantu adanya jembatan yang dulunya jadi penghubung rel sepanjang 48 kilometer yang menghubungkan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ia tidak bisa membayangkan jika jembatan ini rusak, terlebih ketika musim hujan tiba.

"Kalau gak ada jembatan kita semua susah, apalagi kalau banjir, debit airnya sungai di bawahnya juga tinggi. Pasti mempersulit akses petani ke sawah dan ladang," ujar Karsiyo, saat ditemui blokTuban.com di sawahnya yang berada di utara jembatan, Sabtu (9/6/2018).

Menurut penuturan bapak satu anak itu, sejak muda kondisi jembatan sama seperti saat ini. Hanya saja warga memperbaiki bagian alasnya jika kayu sudah rapuh.

"Sejak saya muda ya tetap kokoh seperti ini, paling ganti kayunya aja kalau udah rusak," kisahnya.

Hal senada juga dilontarkan petani lain Suparni. Petani perempuan berusia 46 tahun tersebut mengaku diuntungkan dengan wujud jembatan kurung itu (warga setempat menyebutnya). Ia merasa tidak disulitkan ketika jembatan ini masih tetap ada.

"Akses satu-satunya ya ini kalau mau ke sawah dan ladang. Jika ndak ada jembatan ini, pasti kita harus turun ke sungai untuk menyeberang," tandas dia.

Pantauan blokTuban.com di lokasi, jembatan jalur kereta api yang dibuka dalam rentang waktu 1900-1919 ini catnya mulai mengelupas. Kayu-kayunya yang menjadi alas pejalan kaki dan pemotor juga tampak rapuh.

Sangat disayangkan jika ini dibiarkan rusak. Sisa-sisa rel besi yang dulunya menjadi pijakan kereta api diatas jembatan ini masih terlihat jelas dan kokoh, seolah-olah menanti untuk dilewati kereta api kembali. [rof/rom]