Pemerintah Menggagas Tangguh Banjir di Wilayah Bantaran Bengawan

Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com - Berbagai ancaman bencana yang kerap menyelimuti daerah kawasan bantaran Sungai Bengawan Solo, bisa dianggap sebagai bom waktu bagi warga masyarakatnya. Dampaknya, seperti longsor dan banjir, tentu juga berimbas pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, warga, bahkan anak-anak yang terpaksa tak bisa sekolah jika ruangan kelasnya dikepung banjir.

Seperti yang diketahui, kerap kali jika banjir menerjang desa-desa, berbagai aktifitas pun lumpuh. Bahkan, data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) beserta Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Tuban juga memberikan isi, bahwa banjir yang terjadi pada 2016 lalu di Kecamatan Rengel berujung dengan diundurnya pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Dasar.

Dengan adanya perihal tersebut, pemerintah Kabupaten Tuban lewat berbagai koordinat bagian yang saling berkaitan pun masih terus mengupayakan antisipasi, penanganan, penanggulangan, serta program-program terobosan demi meminimalisir dampak bencana yang ada.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tuban, Joko Ludiyono dalam hal ini juga menanggapi tentang bagaimana pihaknya meluncurkan gagasan-gagasan tangguh bencana. Pihaknya juga akan mengupayakan, berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan terkait tambahan kurikulum bencana.

"Mengingat, sasaran banjir yang sering terjadi di sini, dampaknya juga ke anak usia SD," ujarnya kepada blokTuban.com.

Menurutnya, bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja. Masyarakat umum, juga peserta didik lembaga sekolah juga perlu diberi pengetahuan lebih seputar bencana.

"Pendidikan, dunia usaha, serta pemerintah desa akan terus kami upayakan untuk memperkuat tangguh bencana," pungkasnya.

Hampir senda dengan pihak BPBD, Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan Sosial Kabupaten Tuban, Harsono Tri Asworo, S. Sos juga menyinggung peran aktif masyarakat terkait penanganan bencana.

"Sampai saat ini, kita terus sosialisasikan simulasi-simulasi bencana ke masyarakat dan juga sekolah untuk memaksimalkan kondisi yang ada. Misalnya, sekolah darurat yang bisa dilakukan di posko pengungsian," tandasnya. [feb/ito]