Tragedi Penghadangan Serdadu di Selatan Bojonegoro

Serdadu Belanda melanjutkan gerakan untuk menduduki wilayah selatan Bojonegoro. Mereka menempati rumah dinas kehutan dekat jembatan Desa Kedungsari. Sore hari saat sebagian serdadu, mandi di sungai, Pasukan Gerilya (Pager) Desa menembaki mereka dari ketinggian.

Reporter: Parto Sasmito

blokTuban.com - Pasukan Gerilya (Pager) Desa yang telah dibentuk usai rapat koordinasi di Gondang yang dipimpin oleh Letkol Sudirman (Letjen purn) pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949, selanjutnya pada tanggal 27 Maret, anggota-anggota Pager Desa Ngujung dan Pandantoyo yang sedang menjalankan tugas jaga, memberikan laporan kepada pos TNI di Temayang mengenai pasukan Belanda yang sedang bergerak menuju selatan, yakni lereng Gunung Pandan.

Sebelum komando menerima laporan tersebut, terlebih dahulu menerima kabar dari anggota pasukan kombet yang ditempatkan di Dander bahwa pasukan Marbrig akan melakukan penyerangan ke komando di selatan Temayang. Oleh karena itu, maka komando brigade dan batalyon mulai mengadakan persiapan, pos-pos taktis juga mulai mengatur pertahanan.

[Baca juga:  Kemenangan Gerilya Diawali dari Gondang ]

Dari pihak lawan, yakni Belanda, dengan pasukan dua pleton melakukan gerakan dengan rute Desa Ngujung, Pandantoyo, Pundung dan menelusuri rel lori menuju Desa Kedungsari. Setibanya di Desa Papringan, Kecamatan Sugihwaras, Regu Maun menyambut mereka dengan serangan menggunakan tembakan senapan mesin 12,7 yang telah disiapkan di ketinggian.

Namun malang, dalam pertempuran tersebut Sersan Maun bersama 3 anggotanya gugur. Sedangkan mereka dirampas dan Belanda melanjutkan gerakannya ke Kedungsari dan menempati rumah dinas kehutanan dekat jembatan untuk bermalam.

Tak berselang lama Belanda datang dan istirahat, regu mortir di bawah Seksi Suprapto menembakan senjata ke arah musuh tersebut. Sekitar pukul 17.00 WIB, Sersan Kasran membawa regu gabungan sudah berada di tempat yang lebih tinggi. Sementara musuh, sedang membuat dan mengatur pertahanan di sekeliling rumah yang akan ditempati bermalam.

Menjelang senja, saat serdadu-serdadu sedang mandi di sungai bawah pos penjagaan, regu Kasran menghujani mereka dengan peluru. Sejalan kemudian, serdadu lainnya yang sedang bertugas dan siap di belakang senapan mesin dalam pertahanan membalas tembakan, sehingga teman-temannya yang masih di sungai bisa menyelamatkan diri.

"Regu Kasra kemudian mundur dan kembali dengan selamat berkumpul dengan regu lainnya yang sedang melakukan persiapan," Panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe, Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan bersama Brigade Ronggolawe.

Malam harinya, dengan komando dari Mayor Basuki Rakhmat, seksi Jajeri, seksi Suprapto dan regu Syari'in melancarkan serangan kembali ke Kedungsari. Tembak-tembakan berlangsung pada suasana gelap malam itu.

Pagi harinya, pada tanggal 28 Maret 1949, pasukan Belanda melanjutkan gerakan ke selatan di daerah sekitar Waduk pacal untuk mengadakan pembersihan. Tanpa mereka ketahui, ternyata regu Safii telah menunggu untuk melakukan penghadangan. Selanjutnya terjadi baku tembak yang diketahui bahwa seorang serdadu tewas terkena sasaran peluru. Dengan mebawa mayat tersebut, sebagian serdadu tidak melanjutkan gerakan dan kembali ke Kedungsari.

Meski kembali dengan membawa mayat, ternyata serdadu juga berhasil menyergap dan menembak mati 7 orang dalam perjalanan. Di antara korban tersebut adalah 3 orang rakyat biasa, dan Mantri Kehutanan Kedungsari, Sastrosudarmo yang diikuti prajurit Kadir dan 2 orang anggota TRIP, Sukahar dan Suhartono yang sempat meloloskan diri dengan masuk sungai Pacal. Namun akhirnya mereka tertembak dan gugur di tempat tersebut. [ito/mu]

Sumber: Sumber: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan bersama Brigade Ronggolawe, Panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe