Tak Punya KK, Sringah Luput dari Bantuan Pemerintah

 Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Hidup serba kecukupan merupakan cita-cita setiap orang. Siapa yang ingin hidup miskin? Jawabannya pasti tidak ada.

Begitu pula keinginan Sringah (49) sekeluarga, seorang warga Tuban yang tinggal di Dusun Dopyak, Desa/Kecamatan Bangilan RT.03/RW.08. Dirinya menginginkan hidup layak seperti kebanyakan orang.

Kesulitan hidup yang dijalani ibu dua anak itu karena faktor ekonomi. Sebelum tinggal di Bangilan, dirinya mengaku kerja keras banting tulang di perantauan bersama sang suami selama 15 tahun.

Saat ini ia hidupnya serba kekurangan. Wanita yang merawat dua anak yatim yang masih balita itu, juga jarang mendapat bantuan. Pasalnya sampai saat ini Sringah belum memiliki kartu keluarga (KK).

"Sampai saat ini belum punya KK, padahal sudah berusaha sejak 2016 lalu," terang Sringah saat ditemui blokTuban.com di rumahnya, Selasa (8/8/2017).

Sampai sekarang, lanjut Sringah, dirinya belum memiliki tiga kartu untuk warga tidak mampu yang dikeluarkan Pemerintahan Jokowi-JK. Tiga kartu untuk warga tidak mampu tersebut, yakni Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKP).

Padahal, jika memegang tiga kartu ini, Sringah dapat semakin mudah memperoleh fasilitas pendidikan dan kesehatan cucunya serta menjaga daya beli keluarga. 

Selain itu, cucu Sringah yang sedang menempuh pembelajaran di sebuah Taman Kanak-Kanak (TK), membutuhkan akte kalahiran. Namun, dirinya menyatakan belum sanggup mengumpulkan akibat KK, sebagai dasar pembuatan akte belum ia miliki.

"Si Zaskia (5) juga waktunya mengumpulkan akte kelahiran di sekolah, namun belum punya," imbuhnya dengan menghela nafas panjang.

Terpisah, guru sekolah Zaskia ketika dikonfirmasi blokTuban.com menyampaikan jika pihak lembaga telah membebaskan biaya bulanan. Pihaknya juga mengamini, jika Zaskia perlu mengumpulkan akte kelahiran sebagai kelengkapan administrasi di TK.

"Betul, saat ini biaya bulanan Zaskia digratiskan, namun sebagian ada yang bayar dan oleh lembaga diperbolehkan mengangsur," ujar guru TK Zaskia, Bunda Rokhani.

Pantauan blokTuban.com di lokasi, kediaman keluarga Sringah sungguh memprihatinkan, karena masih berantakan tanpa daun pintu. Selain itu keluarga ini juga tidur beralaskan karpet dan beratapkan asbes.

Tampak di bagian belakang rumah, satu kamar mandi tanpa atap dan pintu. Rumah berukuran 18 meter persegi itu juga berbatasan langsung dengan sawah tetangga yang rumbuk.

Ia berharap, pemerintah setempat bisa membantu mewujudkan administrasi kependududukan yang amat penting itu. Sambil menunggu uang kiriman anaknya yang juga ibu kedua balita ia rawat, Sringah berharap suami bisa lancar dalam bekerja jualan es keliling.

"Kami mengharapkan kepada pemerintah untuk bisa membantu menguruskan KK, supaya tidak lagi kesulitan mendapat bantuan,” ungkapSringah penuh harap. [rof/col]