Sampur Bawur, Tradisi Tuban yang Tetap Lestari

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Warna warni akulturasi budaya yang kini terjadi, tidak melunturkan tradisi nyadran 'Sampur Bawur' dalam adat masyarakat Tanggung, Kedungjambangan, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Hingga saat ini, masyarakat yang tinggal di ujung selatan Bumi Wali, sebutan Kota Tuban itu masih rutin menggelar tradisi Sampur Bawur. Ritual Sampur Bawur biasanya dilaksanakan pada hari Ahad Kliwon sebelum petani menebar bibit padi.

Kali ini, Sampur Bawur jatuh pada hari Ahad Kliwon tanggal 11 Desember 2016 yang digelar di cungkup sendang 'Mbeji' Dusun Tanggung, Kedungjambangan.

"Tradisi Sampur Bawur merupakan serangkaian upacara sedekah yang dilakukan usai petani Nampek (pengolahan sawah persiapan tebar benih)," terang, tokoh masyarakat setempat, Sumijan (64).

Bapak dua anak itu menuturkan, tradisi Sampur Bawur merupakan kegiatan yang dilakukan untuk bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat terhindarkan dari bala' atau mala petaka. Kegiatan yang diisi dengan membaca ayat-ayat Alquran, zikir, dan do'a itu kemudian ditutup dengan makan bersama.

Data yang berhasil dihimpun blokTuban.com di lokasi Sendang Mbeji, antusias warga yang tinggal di utara bantaran Kali Kening ini terlihat jelas dengan berdesak-desakannya masyarakat di dalam cungkup. Tidak hanya orang tua, ibu-ibu dan anaknya pun turut hadir dalam acara ini.

"Tradisi ini (Sampur Bawur, red) selalu digelar ketika awal musim tanam," kata Kepala Dusun Tanggung, Sunari.

Di wilayah yang ia pimpin, kata Sunari, ada tiga tradisi yang dilakukan warga di tempat yang sama. Hanya saja nama dan waktu pelaksanaannya yang berbeda.

Menurut orang yang dituakan di Dusun Tanggung itu, memasuki tanam atau usai Nampek ritualnya dinamakan Sampur Bawur. Kemudian setelah tanam padi nanti, dinamakan 'Bucu Kendit'. Dan yang paling akhir usai panen raya, warga setempat menyebutnya Sedekah Bumi. [rof/col]