Ikan Asap Karangsari, Ikan Asap Unggulan di Jalur Daeandels

Reporter: Dwi Rahayu, Edy Purnomo

blokTuban.com - Melintas di jalur Daendels, sebutan lain Jalan Raya Pos di era Belanda, yang melintang di desa-desa pesisir di Kabupaten Tuban, kita akan mendapati ikan asap dijajakan para perempuan nelayan di Kelurahan Karangsari, Kecamatan/Kabupaten Tuban. Aneka jenis ikan yang sudah diasap, menjadi makanan yang tidak boleh dilewatkan apabila Anda berkunjung ke daerah ini.

Ikan asap dari Kabupaten Tuban, khususnya dari Kelurahan Karangsari, merupakan ikan segar pilihan. Bukan sisa penjualan yang diasap supaya tidak membusuk. Karena itulah, soal rasa ikan asap dari Kelurahan Karangsari jagonya.

"Ikan hasil tangkapan dari nelayan di laut langsung kami pilih untuk diasap," terang salah satu penjual ikan asap, Asmini (54).

Tidak ada standart harga jual untuk semua jenis ikan. Mulai dari Rp5 ribu sampai puluhan ribu. Pembeli bisa melakukan tawar menawar langsung dengan para penjual. Tak jarang apabila pembeli pandai mengakrabi penjual, mereka tak segan-segan memberi kita tambahan ikan. Enak bukan?

Karangsari memang salah satu kelurahan pesisir di Kecamatan Tuban. Berjarak hanya 5 kilometer di sisi barat alun-alun dan kantor pemerintahan Tuban. Penduduk di kelurahan seluas 17 hektar itu sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan dan penjual ikan.

Usaha ikan asap sudah digeluti warga setempat selama bertahun-tahun. Hanya saja, mereka mulai berpikir menjajakan ikan asap di pinggir jalan raya sejak empat tahun terakhir. Hasilnya dengan dijajakan di pinggir jalan mampu menarik minat pengguna jalan Pantura yang banyak berasal dari luar kota. Pangsa pasarpun kemudian bertambah dari yang sebelumnya pembelian hanya dilakukan warga lokal.

Ingin melihat proses pengolahan? Cobalah lebih masuk ke gang-gang kecil yang ada di Kelurahan Karangsari. Deretan rumah yang saling berhimpit menjadi pemandangan biasa ditempat ini layaknya kota-kota besar. Bertanyalah ke penduduk, dan mereka akan menunjukkan dengan senang hati. Biasanya, rumah yang memproduksi ikan asap mempunyai cerobong dengan ketinggian sekitar 8 meter, dan menyatu dengan dinding bagian belakang rumah. Disitulah mereka setiap hari berkarya menghasilkan ikan asap berkualitas.

"Proses pengolahan bermula dengan memilih ikan yang masih segar," kata Asmini mulai menjelaskan proses pengolahan ikan asap.

ikan-asap2

Mereka mendapatkan ikan segar dari Tempat Pengolahan Ikan (TPI) yang berada dekat dari rumah mereka. Ada yang bisa mendapat ikan langsung dari nelayan, dan ada juga yang mendapat dari pedagang ikan yang mendapat pasokan dari wilayah Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, atau juga dari Kecamatan Brondong dan Belimbing yang sudah masuk wilayah Kabupaten Lamongan.

Ikan yang akan dipanggang diberi perlakukan berbeda, sesuai dengan jenis dan karakter. Ikan yang memiliki sisik seperti kuningan dan terumpah harus dibersihkan atau disisik, sementara ikan tanpa sisik seperti pari, tongkol, tunul harus dipotong terlebih dulu, kemudian dicuci hingga bersih dan dipasang menggunakan tusuk dari bambu layaknya tusuk sate. Ikan kemudian diasap di atas bara yang sudah diatur nyala apinya baik menggunakan kipas angin atau kipas manual.

Ada beragam teknik yang dikuasai warga supaya ikan tidak pecah ketiak ditusuk dan diasapi. Ada yang menggunakan sejenis kertas dibagian ingsang, dan juga ada yang menggunakan benang untuk ikan berukuran besar.

"Ikan asap bisa tahan dua hingga tiga hari kalau disimpan di dalam lemari es," kata Sarmini, salah satu perempuan pengasap ikan.

Salah seorang penjual ikan asap, Yusemi (42), mengaku telah menggeluti usaha menjual ikan sejak beberapa tiga tahun lalu. Penjualan ikan menurutnya tidak melulu stabil. Tidak jarang penjualan ikan terbilang sepi, terutama waktu menjelang kenaikan kelas. Namun berbeda ketika libur hari minggu dan liburan panjang tiba.

"Terkadang bisa mengolah ikan 30 hingga 50 kilo sesuai situasi. Harga kulak ikan juga tidak pasti," kata warga Kelurahan Karangsari, Rt.03/Rw.03 tersebut.

Sementara itu, penjual ikan lainnya Sutiati (46) mengatakan, setiap harinya ia membutuhkan modal sekitar 800 ribu hingga jutaan rupiah untuk membeli ikan segar. Harga ikan sendiri tidak menentu, tergantung kondisi alam atau cuaca dan perolehan nelayan menangkap ikan.

"Untung tidak seberapa, soalnya banyak pesaing. Kalau sudah untung sedikit, pembeli menawar ya dikasihkan," terangnya. (Bersambung). [dwi/pur/ito]