Kalpataru, Bukti Pemikiran Sunan Bonang Tentang Toleransi Beragama

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Penyebaran agama islam di Bumi Wali, sebutan Kabupaten Tuban, tidak lepas dari bagaimana cara islam itu dikenalkan di tengah masyarakat, yang pada saat itu telah masuk keyakinan Hindu-Budha. Bahkan jauh sebelumnya, kepercayaan akan benda-benda keramat serta roh membaur di tengah masyarakat.

Rupanya hal tersebut pula yang menjadi dasar Sunan Bonang mencoba merubah pemikiran masyarakat sebelumnya. Bukti keberadaan prasasti Kalpataru menjadi bukti otentik hasil dari buah pemikiran Sang Wali berhasil membawa perubahan besar dalam hal memeluk kepercayaan.

"Toleransi beragama, sikap harmonis merangkul semua penganut agama terbukti dicantumkan dalam Kalpataru," kata Kepala Bimbingan Edukatif Museum Kambang Putih, Rony Firman Firdaus kepada blokTuban.com.

Seperti diketahui, pada ukiran Kalpataru yang berada di salah satu ruangan dalam Museum Kambang Putih Tuban, terdapat desain tumbuhan dan desain binatang. Penting diketahui, pada Kalpataru terukir empat tempat ibadah untuk agama berbeda-beda.

Pada prasasti setinggi 180 centimeter tersebut terukir masjid mewakili agama islam, candi mewakili agama Hindu, Klenteng mwakili Tridharma (Budha, Tao dan Konghucu) serta wihara mewakili agama Budha. Satu lagi, terdapat arca megalitik atau kebudayaan mewakili pemujaan leluhur.

Toleransi dalam masyarakat beragama majemuk itulah kenapa islam dapat menyebar secara sporadis atau luas. Tidak mudah bagi seseorang melepas keyakinan yang dipegang secara batiniah sebelumnya, tanpa alasan kuat tentunya.

"Kebaikan yang ditampilkan siar islam waktu itu tidak jauh dari sikap toleransi tinggi dan harmonis agung yang barang kali sulit saat ini untuk dilakukan. Sebab itulah, islam diterima dangan tangan terbuka tanpa ada konflik dan pertumpahan darah," kata Rony menambahkan.

Melihat artefak atau benda bersejarah yang menjadi bagian dari masa terdahulu, terlebih pada zaman kerajaan atau pada agama tertentu, acap menampilkan satu ranah yang bersangkutan. Dalam satu artefak tidak pernah menyinggung atau mengajak keyakinan lain.

Namun berbeda dengan artefak peninggalan masa Sunan Bonang tersebut. Berbagai ranah agama coba ia tampilkan. Ia meyakini apapun agama yang dipegang teguh setiap insan dalam satu masyarakat utuh dapat hidup harmonis.[dwi/rom]