Musala Berumur Satu Abad di Desa Nguruan Soko

Reporter : Muhammad Nurkholis

blokTuban.com - Sama dengan desa lainnya, Desa Nguruan, Kecamatan Soko memiliki banyak cerita dan sejarah di Kabupaten Tuban. Salah satunya ialah sejarah tetang penyebaran Islam. 

Berdasarkan cerita warga, Islam bisa sampai ke desa nguruan di sebabkan oleh dakwah dari Kiai Maulono. Kiai dengan nama asli Abu Muhammad Zayadi merupakan seorang menantu dari mbah Ishaq Rengel. Saat itu Mbah Maulono dan Kiai Mursyidin diperintah oleh Mbah Ishaq untuk berdakwah di daerah yang sudah di tandai dengan janur kuning. 

Daerah yang dimaksud adalah Cekalang, tetapi sesampainya di sana janur tersebut tidak ada. Beberapa waktu setelah mencari, ternyata ketemulah di daerah santren Nguruan. Saat itu, Mbah Maulono bersyiar di Nguruan yang konon daerah yang singit (angker), tetapi berkat kealiman dan kesabarannya akhinya bisa mengubah daerah tersebut menjadi lebih baik. 

Salah satu peninggalan dari Mbah Maulono yang masih bertahan sampai saat ini ialah tempat ibadah surau atau musala. Musala ini berdiri 14 Jumadil Akhir 1302 Hijriah atau berkisaran tahun 1884 Masehi. 

Dulunya musala tersebut dibuat sebagai masjid untuk salat Jumat, tapi berjalannya waktu musala ini di buat untuk kegiatan belajar mengaji setelah desa memiliki masjid. 

Pantauan di lokasi, bangunan dari musala yang berumur satu abad itu masih asli dari kayu. Belum ada perubahan untuk tiang hingga atapnya, perubahan dilakukan pada bagian gladak atau papan diganti keramik. 

Kendati adanya renovasi, ternyata tidak semuanya diganti melainkan hanya bagian dalam musala saja. Sedangkan bagian luar masih autentik gladak kayu dari dulu awal berdirinya.

Salah satu warga Desa Nguruan, Hasyim (50) menjelaskan dulunya ada peninggalan bangunan pondok, akan tetapi sekarang sudah tidak ada. Begitupula dengan kitab-kitab peninggalan Mbah Maulono, juga hilang karena tidak terurus saat pembangunan berlangsung. 

"Makam Mbah Maulono terdapat di samping musala dan biasanya akan diadakan acara haul pada 14 Dzulqa’dah. Biasanya dari keluarga jauh dari berbagai daerah akan datang ke makam untuk mengikuti acara haul serta di ikuti warga sekitar karena warga Nguruan juga kebanyakan masih keturunan Mbah Maulono," ujarnya kepada blokTuban.com, Selasa (26/4/2022). 

Sementara itu, untuk acara haul biasanya di isi dengan pemaparan sejarah, tahlil dan juga pengajian. Rangkaian acara hampir sama dengan haul yang digelar rutin di desa lain di Kabupaten Tuban. [Nur/Ali]