Sembilan Patung Kuda Jadi Ikon Baru Taman Sleko Tuban, ini Filosofinya

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com - Taman Sleko yang terletak di Jalan Basuki Rachmad, tepatnya di depan SMA Negeri 1 Tuban saat ini tengah dilakukan renovasi yang direncanakan akan selesai pada akhir bulan mendatang.

Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP), Darmaji mengungkapkan konsep Taman Sleko yang saat ini tengah dilakukan pembenahan akan dijadikan sebagai taman yang lebih smart dan bernilai seni tinggi.

“Kami ingin menampilkan ikon Tuban serta menjadikan taman ini ramah publik, sehingga kami juga berharap agar masyarakat Tuban ikut menjaga dan ikut handarbeni,” ungkapnya pada Sabtu (18/12/2021).

Diketahui, pada sisi tengah taman yang dulunya merupakan air mancur, saat ini tengah dibangun ikon sembilan patung kuda yang digarap langsung oleh Janjang Berdikari, salah satu seniman asal Kabupaten Tuban.

Pria yang akrab disapa dengan julukan Abah Janjang tersebut menjelaskan bahwa patung kuda tersebut memang dimaksudkan sebagai ikon Kabupaten Tuban yang diminta oleh Bupati Halindra.

Filosofi dari patung kuda tersebut diungkapkannya sebagai kekuataan dan kebersamaan untuk menuju puncak atas.

“Seperti halnya jampean, yang kokoh kan bawah, kalau yang bawah nggak kuat maka nggak bisa mencapai yang di atas karena bentuknya itu tumpuk memutar ke atas, sekitar 7 meter 70-an,” terangnya.

Ia melanjutkan, nantinya di bangunan sembilan patung kuda tersebut tetap ada air yang turun dari bebatuan di sampingnya. “Konsepnya tetap ada airnya, meskipun bukan air mancur seperti yang dulu,” ungkapnya.

Bapak tiga anak tersebut juga mengatakan bahwa selain ikon sembikan patung kuda yang berada di tengah taman tersebut, akan ada pula patung balet yang kini tengah digarapnya.

“Ini lagi ngejar patung balet, sebenarnya dua tetapi karena waktunya nggak cukup jadi diminta satu patung. Baletnya juga Mas Lindra sendiri yang minta, mungkin filosofinya sebagai simbol kecantikan dan keluwesan,” ungkapnya.

Janjang mengungkapkan pembuatan patung dimulai dari akhir Bulan Oktober dan harus selesai selama dua bulan. Dalam pembuatan patung-patung tersebut, ia dibantu oleh dua orang pegawainya. “Ini menjadi tantangan juga sebenarnya karena waktunya singkat,” ujarnya.

Pria yang sudah menggeluti dunia seni sejak tahun 1986 tersebut memang sudah seringkali membuat patung ataupun relief-relief, salah satunya yang ada di Klenteng Kwan Sing Bio dan ikon belimbing yang ada di Alun-Alun Tuban.

Ia juga mengungkapkan jika waktu yang dihabiskannya dalam sehari untuk membuat patung tidak menentu.

“Dalam sehari nggak tentu menghabiskan berapa jam, kalau kelelahan dibuat untuk ngerjakan yang lain dulu biar nggak jenuh, pokoknya dalam dua bulan itu bisa selesai,” bebernya. [din/sas]