Petani Kedungsoko Manfaatkan Galengan Sebagai Tambahan Ekonomi

Reporter : Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Saat ini para petani semakin pandai dalam melihat suatu peluang.  Galengan atau pematang sawah yang biasa digunakan untuk berjalan, kini juga bisa menghasilkan keuntungan bagi para petani.

Banyak para petani yang memanfaatkan galengan atau pematang sawah untuk bisa menanami segala jenis tumbuhan, seperti kacang panjang, kangkung, tomat, mentimun dan lain sebagainya.

Salah satu petani di Desa Kedungsoko, Kecamatan Plumpang, yang memanfaatkan galengan sebagai tambahan perekonomian adalah Jasmono (57). Ia sudah sekitar lima tahun menanam kangkung di galengan persawahannya.

Biasanya kangkung-kangkung hasil panennya tersebut dijual kepara pedagang sayur yang ada di pasar Klotok dengan harga kisaran Rp1000 per ikatnya.

“Jualnya di pasar Klotok udah punya langganan pedagang sendiri, terserah pedagangnya mau ngasih harga berapa, kalau bisa jual Rp700 gitu biasanya saya dikasih Rp500 kalau bisa jual Rp 1000 gitu dikasih uang Rp 700,” ucapnya saat ditemui blokTuban.com. 

Setiap hari biasanya Jasmono memanen kangkung-kangkungnya tersebut sekitar pukul 15.30 WIB, setiap panen biasanya ia bisa menghasilkan sekitar 25 sapai 30 ikat kangkung dengan uang Rp40 ribu.

“Sekali panen begini ya bisa 25 sampai 30 ikat, dapetnya biasanya Rp40 ribu sebenarnya nggak sumbut sama capeknya ngikat kecil-kecil, kayak gini kan diikat satu-satu terus 5 ikat itu diikat lagi jadi satu,” jelasnya.

Dengan menanam kangkung di pematang sawahnya, Jasmono mengaku hal itu bisa menambah pemasukan perekonomian keluarganya setiap hari. Jika musim penghujan ia mengatakan bahwa hasil panennya tersebut sering tidak laku.

“Kalau lagi musim penghujan sering nggak laku, soalnya banyak yang panen jadinya kan stoknya melimpah,” bebernya.

Masa tumbuh dari sayuran kangkung sendiri satu bulan. Biasanya setiap habis panen Jasmono selalu menyirami kangkungnya dengan orea, hal ini dikatakannya agar kangkung bisa cepat tumbuh besar dan gemuk.

“Setelah panen biasanya dikasih orea, biar kangkungnya gemuk tapi ini udah saya babat habis mau saya tanami yang baru,” imbuhnya.

Selama kangkung sudah tumbuh besar, Jasmono sudah tidak berani untuk memberikan tanamannya tersebut obat-obatan karena ia merasa bahwa harus bertanggung jawab dengan para konsumennya.

“Kalau masih kecil-kecil gitu saya masih berani ngasih obat, kalau udah besar gini nggak berani tanggung jawabnya ke konsumen, ini untuk dikonsumsi soalnya,” tutupnya. [sav/ono]