GMNI Tuban: Optimalisasi Kilang TPPI Harus Mampu Entas Kemiskinan Tuban

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Hari ini, Sabtu (21/12/2019) Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kerja ke area kilang PT Trans Pacifik Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban. Kedatangannya di Bumi Wali tersebut dalam rangka pengembangan area TPPI menjadi pusat industri petrokimia yang terintegrasi dengan kilang nasional.

Kunjungan orang nomer satu di Republik Indonesia ini mendapat tanggapan positif dari aktivis mahasiswa DPC GMNI Tuban.

Ketua DPC GMNI Tuban, Saiful Anwar menyatakan, menasionalisasi dan mengambil alih badan usaha adalah sebuah solusi untuk meningkatkan devisa negara.

"Dalam hal ini TPPI merupakan perusahaan yang bukan hanya pengelola migas tetapi juga perusahaan petrokimia. Dengan adanya modernisasi terhadap kilang maka Indonesia juga dapat secara mandiri mengelola bahan kimia yang dihasilkan oleh perusahaan migas dan dapat menjadi salah satu sumber pendapatan negara dan juga meningkatkan APBD Kabupaten Tuban secara khusus," ujar Saiful kepada blokTuban.com, Sabtu siang.

Lebih lanjut dikatakan Saiful, dengan meningkatnya pendapatan asli daerah, GMNI Tuban berharap akan berimbas kepada kesejahteraan warga masyarakat yang masih berkutat pada masalah pengentasan kemiskinan.

Untuk melakukan pengentasan kemiskinan pihaknya berharap ada penyerapan dan optimalisasi tenaga kerja yang berasal dari warga sekitar atau warga lokal Kabupaten Tuban.

"Pemerintah Kabupaten Tuban juga harus berperan aktif dalam pengawalan dan juga pengawasan terhadap perusahaan yang berdiri di Bumi Wali. Utamanya perusahaan migas, karena hari ini belum ada payung hukum baik Perda maupun Perbup terkait dengan migas yang ada di Kabupaten Tuban," tukasnya.

Diketahui, Presiden Jokowi didampingi Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan Direktur Utama TubanPetro meninjau langsung kawasan TPPI yang akan dikembangkan menjadi industri petrokimia nasional di Tuban.

Nicke Widyawati menyatakan, peluang pasar bisnis petrokimia di Indonesia sekitar Rp40 sampai Rp50 triliun per tahun. Selain itu, bisnis petrokimia mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM.

"Pembangunan komplek industri Petrokimia akan lebih menjamin keberlanjutan bisnis perseroan, karena sesuai dengan trend bisnis masa depan," ujar Nicke. [rof/rom]