Labirin Ketidakpastian dalam "Siksa Kubur", Akhir yang Tak Terduga

Reporter : Dwi Rahayu 

blokTuban.com - Film horor seringkali membuat penonton terpaku di tempat duduk mereka, menunggu kejutan terakhir yang akan mengguncang pikiran, Jumat (12/4/2024). 

Namun, "Siksa Kubur" menonjol di antara film-film horor lainnya yang mengikuti pola konvensional dengan keunikan yang tidak terduga.

Disutradarai oleh Joko Anwar, film ini tidak hanya menawarkan adegan ketegangan dan jumpscare, tetapi juga interaksi langsung dengan penonton, terutama melalui ending yang menggugah pikiran. 

Anwar sengaja meninggalkan ruang untuk penonton untuk menafsirkan ending film sesuai dengan persepsi dan keyakinan pribadi mereka.

Pendekatan ini tidak hanya memicu diskusi di antara penonton setelah film selesai, tetapi juga mengakui keragaman keyakinan dan pandangan hidup yang dimiliki oleh masing-masing individu. 

Hal ini memberikan dimensi tambahan pada pengalaman menonton, membuatnya menjadi lebih personal dan memperluas ruang untuk refleksi pribadi.

Plot film mengikuti kisah seorang wanita bernama Sita, yang mulai meragukan eksistensi siksa kubur dalam agama Islam setelah mengalami kejadian traumatis yang menyebabkan kematian orang tuanya. 

Dalam usahanya untuk membuktikan bahwa siksa kubur tidak nyata, Sita berkomitmen untuk mencari orang yang paling berdosa dan masuk ke dalam kuburnya untuk membuktikan teorinya.

Namun, seperti dalam cerita horor pada umumnya, upaya Sita tidak berjalan sesuai rencana, dan ia harus menghadapi konsekuensi yang mengerikan. 

Pertanyaan terbesar adalah apakah Sita akan terus berusaha membuktikan kebenaran tentang siksa kubur, atau apakah ia akan menemukan jawaban yang lebih dalam dalam perjalanan yang ia tempuh.

Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada interpretasi masing-masing penonton. Apakah Sita menemukan kebenaran yang dicarinya, ataukah ia terjebak dalam labirin ketidakpastian yang tak terpecahkan, adalah cerita yang selesai ditulis oleh setiap individu yang menyaksikan film ini.

Dengan meninggalkan ruang untuk penafsiran pribadi, Joko Anwar menciptakan pengalaman sinematik yang melampaui batas keberanian dan ketegangan, menuju kepada refleksi pribadi dan diskusi yang mendalam. [Dwi/Ali]