Widang Kecamatan yang Paling Banyak Warganya Menikah di Malam Songo

Reporter : Sri Wiyono 

blokTuban.com – Tradisi menikah di malam 29 Ramadan atau Malam Songo bagi masyarakat Jawa masih kental dilaksanakan. Sehingga, banyak pasangan yang memilih Malam Songo untuk mengucapkan janji pernikahannya. 

Di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, jumlah pasangan yang menikah di Malam Songo tahun ini tak sebanyak tahun lalu. Dari jumlah itu, Kecamatan Widang menjadi kecamatan yang paling banyak warganya akan menikah di malam itu dengan 47 pasangan. 

Kemudian disusul Kecamatan Semanding 24 pasang, Plumpang 24 pasang, Parengan 24 pasang, Soko 24 pasang, Palang 23 pasang, Jenu 22 pasang, Merakurak 18 pasang dan Kecamatan Tuban  Kota 18 pasang. 

Lalu Kecamatan Bangilan  12 pasang, Rengel 12 pasang, Grabagan 12 pasang, Senori 11 pasang, Montong 10 pasang, Kerek 8 pasang, Jatirogo 4 pasang, Tambakboyo 3 pasang, Singgahan 3 pasang, Bancar 2 pasang dan Kenduruan 2 pasang. 

Menurut Kasi Bimas Islam Kementerian Agama Kabupaten Tuban Mashari, per hari ini tanggal 4 April tercatat 303 calon pengantin yang mendaftarkan nikah. Menghadapi pernikahan Malam Songo, Kementerian Agama Kabupaten Tuban menyiapkan 29 penghulu yang siap menikahkan. 

‘’Sementara ini ada 303 calon pengantin, dari jumlah tersebut terdapat 4 nikah di bawah umur, dari KUA Kerek ada 3 calon istri dan Kua Soko ada 1 calon suami," ujarnya, Kamis (4/4/2024). 

Menurutnya hal tersebut berbeda dengan tahun 2023  yang terdata sejumlah 353 pasang. 

"Ini berarti perkawinan malam songo mengalami penurunan sebanyak 50 pasang dan tahun 2022 tercatat 391 pasang," terangnya. 

Masih menurut Mashari, hal ini bisa disebabkan  indikasi berhasilnya program Tuban Bangga (Tuban mBangun Keluarga) besutan Kemenag Tuban dan Pemda setempat.

 "Mungkin karena mindset masyarakat sudah berubah, bahwa menikah tidak harus malem songo atau tidak mau tergesa-gesa untuk menikah, mematangkan usia dan mempersiapkan diri secara lebih," imbuhnya. 

Malam songo  merupakan malam yang dianggap istimewa oleh sebagian masyarakat kabupaten Tuban sehingga dijadikan tradisi untuk melangsungkan pernikahan. Dipilihnya malam songo karena dianggap memiliki banyak keberkahan.

 Alasan nikah malem songo menurut Kepala KUA Soko Fatkhurrahman, malem songo atau malam sembilan dinamakan Ngebo Bingung, artinya kalau mencari hari pernikahan tidak usah memakai perhitungan adat Jawa. 

Sedang menurut Kepala KUA Rengel Kasdikin, masyarakat melaksanakan nikah malem songo karena memiliki keyakinan  hari itu adalah hari pemutihan bagi pasangan yang tidak cocok wetonnya dan sebagai kearifan lokal bahwa jodoh itu tidak boleh dibatasi sehingga sebagai solusinya adalah perjodohan.

 Menambahkan apa yang disampaikan Kepala KUA Kecamatan Rengel, Kepala KUA Kecamatan Montong Anwar Hidayat, malem songo merupakan malam ganjil terakhir pada bulan Ramadan, sehingga diyakini sebagai malam yg luar biasa. 

"Kedua, pada malem songo banyak keluarga pengantin yang sudah mudik (pulang kampung)," jelasnya. 

Pria yang pernah menjuarai lomba baca kitab kuning untuk penghulu ini menambahkan yang ketiga adalah tradisi pernikahan pada malem songo ini diistimewakan diatas tradisi yang lain.

 "Artinya, pernikahan tetap dilangsungkan pada malam songo, meski setelah dilangsungkan perhitungan tanggal (weton), diketahui bahwa nogo dino pada hari tersebut tidak sesuai atau tidak baik. Namun karena hari tersebut adalah malem songo maka pernikahan tetap dapat dilaksanakan,’’ ungkapnya.[ono]