Punya Unggulan Batik Tulis, Desa Kedungrejo Tuban Proyeksikan Sentra Kelapa

Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan

 

blokTuban.com – Menjadi salah satu desa yang berada di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Desa Kedungrejo berbatasan langsung dengan Desa Gaji di sebelah Barat, Desa Margorejo di sebelah selatan, Desa Sawir disebelah Utara dan Desa Kasiman di sebelah Timur, Desa Kedungrejo memiliki luas sekitar 946, 65 Ha yang terbagi menjadi 3 Dusun yakni Dusun Puter, Dusun Luwuk dan Dusun Penemon.

 

Desa Kedungrejo dihuni kurang lebih sekitar 3.840 Jiwa yang mana profesinya bermayoritas sebagai petani dan sekarang dipimpin oleh Sugiono selaku Kepala Desa Kedungrejo.

 

Mengenai sejarah Desa Kedungrejo seperti yang dituturkan oleh Wafiyul Khoiri (33) selaku Sekdes Kedungrejo mengatakan bahwa sekitar abad 18 ada sebuah kerajaan pajang yang megalami perang saudara dan ada beberapa prajurit dan bangsawan yang melarikan diri dan salah satunya ke daerah Tuban tepatnya di Desa Kedungrejo (sekarang) dan membuat 3 pedukuhan yang dipimpin oleh seorang demang yang pada perkembangannya tepatnya pada pra kemerdekaan di tahun 1916 tiga kedukuhan tersebut disatukan menjadi sebuah desa yang bernama Desa Kedungrejo.

 

“Mungkin kalah perang akhrinya lari kan nah salah satu daerah pelariannya kan tuban ini, nah para bangsawan dalam perjalanannya melarikan diri itu ada yang istirahat akhire nemu daerah ini bermukim disini terus akhirya jadi pemukiman di Puter kemudian turun menjadi pemukiman di Luwuk adalagi di Penemon adalagi akhirnya bikin pedukuhan terus dipimpin demang – demang itu sekitar abad 18 terus tahun 1916 akhirnya disatukan jadi satu Desa Kedungrejo itu,” tutur pria berusia 33 tahun tersebut, Sabtu (14/10/2023).

 

 

 

Mengenai produknya Desa Kedungrejo juga mempunyai produk unggulan yakni batik tulis tenun gedog yang mana batik ini sendiri merupakan sebuah produk khas kecamatan kerek, namun disetiap desa memiliki bentuk motifnya tersendiri yang mejadi ciri khasnya. Namun sekarang sudah mulai perhalan menghilang dan tergerus zaman khusunya pada pembuatan kainnya dikarenakan pada anak – anak muda generasi sekarang sudah jarang yang mau nganteh atau membuat kainnya.

 

“Potensinya ini batik yang paling utama tapi itu sudah ada pihak lain maksudnya swasta itukan swasta yang punya bukan pihak desa, akhirnya kita dukungnya itu temen – temen pengerajin dibawah, dia kan sentra, dia yang bisa jual yang bisa akses pasar tapi kan dia gak produksi sendiri mas, tapi yang tenun itu memang kan sudah banyak yang lansia, tapi itu yang batik tulis yang pakai canting itu masih banyak jadi kita dukungnya kesitu kayak tahun ini kita mau pelatihan terus bantuan di permodalanan dari CSR itu, kedepan juga Bu Inggi juga minta di mesin jahit jadi mungkin batik itu kita gak jual kain, jual produk jadi kayak baju atau kebaya mungkin,” Tutur Wafiyul Khoiri.

 

Selain memiliki potensi dibidang batik Desa Kedungrejo juga dahulu menjadi salah satu sentra kelapa seperti yang dijelaskan Wafiyul Khoiri bahwa dahulu Desa Kedungrejo merupakan salah satu sentra kelapa sama dengan Desa Hargoretno tetapi karena terkena Hama pada akhirnya Kelapa yang ada di Desa Kedungrejo habis, tetapi menanggapi hal itu pihak desa berupaya untuk mengembalikan dengan cara menanam pohon kelapa lagi namun hasilnya gagal.

 

“Kita udah mulai dari 4 tahun 5 tahun yang lalu masih gagal, bahkan tahun 2022 kita tanam sekitar 1.500 pohon kelapa gagal juga, karena kita belum punya lahan untuk jadi percontohan akhirnya kita fokusnya ke pengadaan bibit kita terimakan ke temen – temen petani sama edukasi itu aja akhirnya kan mereka tanam nah mungkin dalam perjalananya dia lebih ngerawat tanaman jagung, ketela itu akhirnya dia (Pohon Kelapa) tidak terawat akhire yo terserang hama,” Ujarnya.

 

“Rencananya Kepala Desa juga kan memang kalau ada lahan yang bisa dimanfaatkan untuk itu kita mau kasih percontohan lah mungkin bibit kelapa yang bagus mungkin sekarang ada hibrida ada genjah entok, genjah wulung mungkin kedepan kita kasih percontohan, kalau kita kasih genjah entok itu takute biaya modal besar bibitnya mahal dikasihkan ga dirawat gitu, akhirnya kita sementara ini kan kelapa yang ada dulu kayak kelapa dari Banyuwangi, Dari Jember itu kita bibitnya kita kasihkan ke masyarakat. Jadi dari pihak desa itu mau mengembalikan sentra kelapa dulu itu kedungrejo sama hargoretno itu kita mau ngawali di kedungrejo,“ tutupnya. [Naw/Ali]