Pemulung Pasutri Praktis Kurangi Beban TPA Jatirogo

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Sampah sering kali dianggap sebagai barang yang tidak berguna dan menjijikkan. Namun, itu tidak berlaku bagi pasangan suami istri (Pasutri) asal Desa Besowo, Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban.

Justru sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Jatirogo bagi Janadi (59) dan Nyani (56) bisa jadi sumber rejeki penyambung hidup. Menurut keduanya, hidup bergelut dengan sampah menjadi hal yang biasa dan menguntungkan.

"Sudah tiga tahun lebih jadi pemulung di TPA ini," ucap bapak dua anak itu, saat ditemui blokTuban.com, Rabu (17/5/2017).

Meski tidak banyak penghasilan mereka, namun tetap disyukuri. Mengingat sebelumnya Janadi kerja berat sebagai kuli angkut di pelabuhan Gresik.

Ia tidak punya cita-cita tinggi, di usianya yang lebih setengah abad itu, bisa makan sehari-hari lebih dari cukup. Ia tidak ingin jadi tanggungan anak-anaknya, bahkan ia masih memikirkan nasib mereka bagaimana ke depan.

"Meski hasil sampah hanya Rp10 ribu hingga Rp25 ribu, yang penting tidak kerja berat," tutur pria ramah itu.

Sementara istri Janadi, Nyani merasa nyaman dengan pekerjaanya menjadi pemulung di TPA Jatirogo bersama suaminya. Sebab sebelumnya, ia sehari-hari hidup di dalam hutan untuk mengambil daun jati.

"Seneng bisa bantu suami, walau harus berangkat pagi hingga sore hari," ucap Nyani.

Berbeda dengan Janadi, Nyani berangkat lebih siang. Sebab ia harus menyiapkan makanan untuk keluarganya.

Ia menganggap keberadaan para pemulung yang beraktivitas memilah dan mengais sampah memberikan manfaat yang sangat besar. Selain mengurangi jumlah sampah juga mengurangi dampak pencemaran dan bermanfaat secara ekonomi.

"Lumayan bisa buat beli beras," pungkasnya menandaskan. [rof/rom]