Penuhi Kebutuhan Harian, Korban PHK Jualan Gelam Jati

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Jika di depan pelanggan, sepintas tidak ada raut wajah sedih terpancar di raut wajah laki-laki 47 tahun itu. Meski hidupnya sulit, senyumnya masih tersungging manis.

Biddin, warga Desa Sadang, Kecamatan Jatirogo, Tuban itu harus menelan getirnya hidup. Bagaimana tidak, di era yang serba modern ini, demi dapurnya tetap mengepul setiap pagi ia harus menjajakan lembaran gelam (kulit jati) di pinggir jalan.

Di bawah pagar terminal Jatirogo, ia jadikan trotoar sebagai lapak berjualan. Lembar demi lembar gelam dari Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Jatirogo dikumpulkan untuk dijadikan lembaran rupiah. Dia mengaku, sempat bekerja di perusahaan, namun tahun 1998 lalu menjadi karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Tampilan dengan kostum seadanya, bapak dua anak itu menanti pembeli datang. Ia mengaku tidak setiap hari, gelamnya laku. Lebih ironisnya, lagi, pagi ini, Minggu (7/5/2017) sudah sepekan gelamnya tak ada yang membeli.

"Lagi sepi, masyarakat tidak ada yang beli gelam untuk buat kandang," ujar suami Rukmini, saat ditemui blokTuban.com di lapaknya tanpa atap dan dinding itu.

Saat bT, sebutan blokTuban.com berkunjung ke lapaknya, ia harus menghabiskan waktunya namun tak ada penghasilan. Ia berharap ada jalan lain agar anak-anak bisa tetap sekolah.

"Terkadang juga bingung, tapi pasrah aja pasti ada jalan lain untuk nafkahi keluarga," kisahnya.

Bagi Biddin, tebangan Perhutani jadi penentu usahanya tersebut. Jika banyak tebangan kesempatan mendapat gelam juga tinggi. Sebaliknya, jika sepi tebangan paling sehari hanya dapat 10 lembar.

"Kalau tebangan ramai bisa sampai dua puluh lembar yang bisa saya bawa pulang," tukasnya.

Rata-rata langganan dia masyarakat petani dari Jatirogo maupun luar daerah. Selembar gelam ia patok Rp6000 hingga Rp8000, tergantung kualitas gelamnya.

Menurut Biddin, semakin halus dan lurus harga gelam semakin mahal. Sehingga, ia tidak sembarangan ketika mengambil di TPK.

"Kalau banyak cacatnya seperti bekas ranting harganya murah, makanya harus selektif," pungkasnya. [rof/col]