Tantangan yang Menantang

Oleh: Nanang Fahrudin

Apa Anda senang dengan tantangan? Kalau tidak suka, saya menyarankan Anda untuk mengambil selimut dan tidurlah kembali. Itu akan menghadirkan rasa aman bagi Anda. Karena tantangan akan memacu semangat anda untuk bisa melampauinya.

Di kamus besar bahasa Indonesia versi daring, tantangan punya tiga makna. Pertama, ajakan berkelahi. Kedua diartikan sebagai hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah. Dan ketiga diartikan sebagai hal atau objek yang perlu ditanggulangi.

Ada tantangan yang memang harus dihindari, seperti jika tantangan diartikan sebagaimana yang pertama, ketika ada orang menantang berkelahi. Tapi ada tantangan yang memang tidak bisa dihindari. Definisi kedua dan ketiga adalah sesuatu yang sepertinya sulit untuk dihindari.

Hidup kita selalu bersinggungan dengan masalah. Ketika kita hendak pergi ke suatu tempat misalnya, kita sebenarnya sudah dihadapkan pada masalah akan menggunakan transportasi apa, berangkat jam berapa, dan lain sebagainya. Semakin banyak tantangan yang coba dilampaui, tubuh dan otak seseorang akan berpacu untuk menyesuaikan diri.

Seorang pelari akan ditantang agar bisa berlatih disiplin, berlari setiap hari, meningkatkan target jarak tempuh, dan lain sebagainya. Seorang penulis akan menantang diri untuk menulis sesuatu yang dipikirkannya. Tantangan itu bisa datang dari luar atau diciptakan oleh diri sendiri. Dan terkadang tantangan-tantangan kecil bisa mengubah warna hidup Anda yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya.

Saya sbukan hendak berbincang-bincang tentang teori psikologi. Bukan. Saya hanya sekadar membaca apa yang saya lihat dan rasakan saja selama ini. Banyak contoh bagaimana sebuah tantangan menyelesaikan persoalan sehari-hari bisa mengubah diri seseorang. Haruki Murakami, seorang sastrawan besar Jepang menantang dirinya untuk selalu berlari setiap hari. Setelah puluhan tahun membiasakan berlari, dia pun kemudian terbiasa menyelesaikan lari sejauh 35 km.

Banyak contoh bagaimana seseorang akan mampu menjawab tantagan dengan baik dan memperoleh sesuatu yang tak terduga. Hasil dari tantangan tak selalu berupa materi, tapi juga kebahagiaan, ketenangan, kepuasan, dan perasaan lain.

Saya bersama seorang kawan pernah menantang diri kami sendiri untuk berjalan dari pertigaan Parengan ke Montong, Tuban. Jaraknya lumayan jauh. Kami tertantang dan kemudian sepakat jalan kaki menyusuri jalan beraspal yang sepi mulai sekitar pukul satu siang. Kami berjalan dan terus berjalan hingga sampai di sebuah masjid di Montong pada pukul delapan malam. Tubuh kami lemas dan capek. Kami tidur di masjid tersebut.

Di akhir masa kuliah, saya sering menantang diri saya untuk menulis di media massa. Tantangan pada diri itu didasari keinginan mendapatkan uang dari hasil pemuatan opini atau resensi di media. Tulisan saya pun beberapa kali nongol di Malang Post atau Duta Masyarakat, dan saya mendapat uang.

Dan sampai sekarang, saya suka menantang diri saya, terutama dalam hal tulis menulis. Saya menantang diri untuk bisa menulis tiap hari tema Ramadan. Hasilnya, saya menulis hampir tidak bolong selama bulan Ramadan beberapa tahun lalu. Tulisan-tulisan itu kemudian diterbitkan penerbit nunbuku dengan judul Nostalgia Ramadan di Kampung.

Ya, tantangan memang bisa membuat orang bersemangat melakukan sesuatu. Bisa menjadi penyemangat dalam mencapai apa yang ditarget. Bahkan, seringkali tanpa kita mau, kita juga ditantang untuk mencari solusi-solusi menyiasati hidup yang serba rumit ini. Ketika teknologi informasi mengubah semua sendi kehidupan manusia.

Oh ya, baru tadi malam, saya menantang diri saya untuk berjalan kaki sejauh 4 km. Tak ada tujuan apapun selain berjalan kaki dan menikmati jalanan kota Jogja. Berjalan kaki sendiri di malam hari, menikmati kerlap lampu dan deru kendaraan. Kaki menjadi terbiasa untuk bergerak. Keringat bercucuran.

Begitulah.

 

 

Ilustrasi: thenewyouinstitute.co.id