Tiang Utama Masjid Didirikan Tanpa Bantuan Alat Berat

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Masjid Gomang yang dibangun hari Minggu, 18 Agustus 1994 silam, menyisakan kisah yang dianggap di luar batas akal manusia. Pada waktu itu tanpa menggunakan alat berat yang dibekali dengan kecanggihannya satu tiang penyangga bisa didirikan.

Menurut KH Noer Nasroh Hadiningrat, pengasuh Ponpes Wali Songo Gomang, konon tiang utama masjid didirikan oleh pengasuh pondok pesantren tanpa bantuan alat berat maupun orang lain.

"Hanya dengan menggunakan seutas tali dari kulit bambu. Meski di luar nalar, saya percaya ini merupakan kebesaran Allah SWT," ungkap KH. Noer Nasroh kepada blokTuban.com, Minggu (24/7/2016).

Berhembusnya kabar rencana pendirian masjid unik ini, tak hayal warga berbondong-bondong ingin menyaksikan langsung termasuk para pejabat saat itu. "Sampai-sampai Bupati Tuban juga ingin melihat," imbuhnya.

Secara detail diceritakan oleh KH. Noer Nasroh saat mendirikan tiang itu. Dirasa tidak mungkin pohon jati besar yang diberi pengait tali dari kulit bambu bisa berdiri. "Masak kayu sebesar itu hanya ditarik bersama-sama dengan tali dari kulit bambu?,” ujarnya.

Sehingga muncul ide beliau sebelum hari H, tepatnya hari Kamis, berusaha mendirikan kayu tersebut sendirian. Dan anehnya, saat tali yang terbuat dari kulit bambu tersebut ditarik, tiang utama sebesar itu bisa berdiri.

Kiai Nasroh mengaku heran juga saat itu. Tapi dengan bolah atau disebul (ditiup Allah), kayu jati itu berdiri. Awalnya agak menceng, namun cepat-cepat di luruskan.

“Jadi, pendirian tiang utama itu tidak jadi dilaksanakan hari Minggu seperti yang dijadwalkan sebelumnya,” ujar sang Kiyai.

Sementara para ibu-ibu dari desa langsung mendekati galian di bawah tiang dan memasukkan uang receh di dalamnya, seperti kisah pendirian keraton Mataram zaman dulu. “Mungkin meniru kisah pendirian keraton Mataram dulu. Sehingga para perempuan desa di sini langsung memasukkan uang receh itu,” terangnya.

Selanjutnya, pembangunan masjid dilanjutkan oleh KH. Noer Nasroh bersama para santrinya dengan mendapat bantuan dari sejumlah dermawan.

Anehnya lagi, pembangunan masjid ini di lakukan sesuai ajaran Nabi Sulaiman, bahwa dalam pembangunan masjid tidak diperkenankan mengeluarkan suara keras. Termasuk dalam pemasangan batu-batunya.

“Kalau Nabi Sulaiman menyuruh burung hud-hud mengambil besi kuning guna memotong batu agar tidak bersuara, kita hanya bisa memasang satu persatu batu bata dengan bacaan Ayat Kursi sambil berusaha tidak mengeluarkan suara sama sekali,” pungkasnya.

Lambat laun masjid ini makin dikenal masyarakat meski tempatnya berada di tengah hutan di daerah perdalaman. Para warga dan santri setiap harinya menjadikan tempat ibadah dan dakwah.[rof/ito]