Menyusuri Hangatnya Sendang Beji

Reporter: Mochamad Nur Rofiq
 
blokTuban.com - Masyarakat Bangilan dan sekitarnya pasti tidak asing dengan sendang beji, yang terletak di Dusun Tanggung, RT 03/RW 04, Desa Kedungjambangan, Kabupaten Tuban. Letaknya berada di sebelah utara jalan raya Bojonegoro-Jatirogo. Tepatnya masuk ke utara sekitar 500 meter, dengan memasuki gang yang di apit 2 gapura bambu runcing.
 
Seperti kebanyakan daerah yang memiliki riwayat gunung berapi, apabila ada air yang keluar dari sekitar tempat tersebut biasanya air terasa hangat dan mengandung belerang.

Begitu juga dengan Sendang Beji ini yang berada di antara sisa-sisa gunung berapi, seperti di sebelah selatannya yaitu gunung Nolodito (lodito menurut ucapan penduduk di sekitar wilayah tersebut), yang juga menghasilkan sumber air hangat yang dikenal dengan sebutan Sumber Nganget yang terletak di petak 33A, RPH Kejuron, BKPH Bangilan, KPH Jatirogo.
 
Di sebelah utara Sendang beji, ada pegunungan kecil yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan Selo Gampeng. Karena letaknya yang relatif jauh dengan pusat sumber panas maka air sendang beji tidak begitu panas. Biasanya masyarakat setempat memanfaatkannya untuk mandi dan mencuci.
 
Sampai sekarang pun masih tetatap menjadi tempat jujukan warga sekitar Kecamatan Bangilan untuk mandi ketika pagi dan sore hari. Apalagi jika musim kemarau datang, tentu menjadi alternatif tempat tujuan untuk mendapatkan air bersih yang digunakan mandi dan mencuci pakaian.

"Kalau musim kemarau sendang ini penuh, para pengunjung kebanyakan dari daerah yang kekurangan air, untuk mandi dan mencuci," kata Mukti, juru kunci beji.
 
Mbah Mukti menambahkan, dulu sendang ini apabila ada yang ingin mandi bisa langsung masuk dan berendam, namun ketika sudah dibangun para pengunjung dilarang berendam, karena berbahaya, sendang cukup dalam.

"Sebelum dibangun seperti sekarang, dulu kalau mandi itu kungkum (berendam), dan sendang beji dulu banyak ditumbuhi pohon-pohon besar dan sangat asri sekali. Banyak binatang seperti kera, benthung, dan bermacam-macam burung yang hidup di sekitarnya," imbuh Mbah Mukti.
 
Tapi sekarang kondisinya sudah berbeda jauh. Di sekitar tinggal ditumbuhi pohon-pohon rembulung (pohon yang hidup di daerah rawa-rawa) yaitu pohon yang berdaun sejenis salak.
 
Mbah Mukti juga menceritkan, Menurut sejarahnya, sendang ini dinamakan Sendang Beji, karena pada saat itu peperangan sering terjadi, adu kesaktian, adu kekuatan, dan adu senjata. Nah ketika suatu hari adanya peperangan oleh dua kesatria yang saling beradu senjata antara Blacak Ngilo dan Sunan Kalijaga atau Raden Said.

Sesampai di desa ini, beliau Sunan Kalijaga memutuskan untuk istirahat sejenak untuk menghilangkan lelahnya, beliau memakan makanan dari tumbuhan yang ada sambil memasak air di sebuah tungku dari batu. Namun ketika air tersebut dimasak belum mendidih, atau baru terasa hangat, sudah terdengar seseorang datang dari kejauhan dengan menunggangi kudanya, ternyata yang datang adalah Blacak Ngilo yang berusaha mencari Sunan Kalijaga untuk dibunuhnya.
 
Bergegaslah Sunan Kalijaga untuk meninggalkan tempat peristirahatanya itu, dengan gugupnya beliau lupa bahwa dia sedang memasak air yang belum sempat mendidih sudah ditinggal, bahkan salah satu Bejinya (sepatu) tertinggal di situ. Sehingga dinamakanlah sendang ini 'Sendang Beji'. [rof/rom]