Kontrak pengelolaan Migas antara Pertamina-Petrochina di lapangan Blok Tuban akan berakhir bulan Februari 2018 mendatang. Sampai sekarang pemerintah belum mengumumkan siapa yang akan dipercaya melanjutkan pengelolaan lapangan tersebut.
Pengusaha pom mini dengan sebutan pertamini kian menjamur. Melihat kondisi pasar, warga Desa Medalem, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban mencoba memproduksi dispenser.
Efisiensi anggaran di sektor hulu minyak dan gas (Migas) disinyalir membuat sumber daya manusia (SDM) lokal berada dalam bayang-bayang ancaman pengangguran. Sebab, tenaga kerja merupakan salah satu pos investasi terbesar bagi perusahaan migas.
Lesunya minat investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) telah berdampak terhadap menurunnya aktivitas eksplorasi. Dampaknya bukan hanya dirasakan dari sisi pemasukan negara, lebih jauh dampaknya justru lebih terasa pada sisi ekonomi makro nasional.
Kecamatan Senori merupakan daerah pemilik sumber minyak terbesar di Kabupaten Tuban. Masyarakatnya, juga sebagian besar tersebar di pelosok daerah atau di pinggiran kota, jauh dari jangkauan kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tuban.
Satuan Kerja Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat lifting gas Indonesia selama‎ semester pertama 2017 mencapai 7,512 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Terdapat 10 ladang gas penyumbang terbesar capaian lifting gas tersebut.
Bau menyengat yang diduga keluar dari PAD A Lapangan Sukowati, berdampak bagi sebagian warga yang ada di RT 9, RT 11 dan RT 12, Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro.
Akhir tahun 2014 ini, operator Lapangan Migas Blok Tuban, Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB PPEJ) sudah persiapan untuk mengakhiri operasi. Sebab, kontrak wilayah kerja pertambangan dari Pemerintah Pusat sudah selesai awal tahun 2018 mendatang.