
Reporter: Moch. Nur Rofiq
blokTuban.com - Sebanyak 35 hektare lahan pertanian cabai di Desa Kanorejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, terendam banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo pada Senin (19/5/2025).
Air mulai memasuki area pertanian sejak Sabtu (17/5) dan terus meningkat hingga Minggu (18/5) siang. Pada malam harinya, debit air mulai surut secara perlahan hingga Senin.
Namun, banjir yang merendam lahan pertanian tersebut menyebabkan para petani mengalami gagal panen. Beberapa di antara mereka bahkan sempat memanen lebih awal, namun hasil panen itu tidak laku di pasaran.
Petani di Desa Kanorejo menanam cabai jenis Cabai Merah Besar (CMB) yang saat ini telah berusia antara 40 hingga 75 hari setelah tanam, dan seharusnya baru siap panen sekitar dua minggu lagi.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Margo Makmur, Bambang (49), menyampaikan bahwa kerugian yang dialami petani cukup besar. Dalam satu hektare lahan, biaya tanam dan perawatan tanaman cabai bisa mencapai Rp75 juta.
“Biaya pertanaman itu Rp5.000, jika satu hektare lahan ada 15 ribu tanaman, kerugian bisa mencapai Rp75 juta,” ujarnya.
Jika dihitung secara keseluruhan, kerugian dari 35 hektare lahan yang gagal panen ditaksir mencapai lebih dari Rp2,6 miliar.
“Jika kita hitung bisa menyentuh angka 2,6 miliar untuk kerugiannya,” imbuhnya.
Saat ini, para petani hanya bisa pasrah dan menunggu air surut agar lahan bisa kembali ditanami cabai.
“Saat ini petani tinggal pasrah saja, tanaman cabai kalau sudah kena banjir tidak akan bisa hidup lagi. Begitupun cabainya, akan langsung busuk dan tidak bisa disimpan lama,” tambahnya.
Bambang juga menyampaikan bahwa harga Cabai Merah Besar dalam kondisi normal sebenarnya cukup baik, yakni bisa mencapai Rp20 ribu per kilogram.
Dengan kejadian ini, ia berharap ada perhatian dari pemerintah daerah hingga pusat agar petani di Desa Kanorejo tidak terus-menerus mengalami gagal panen.[Rof/Rul]