Soft Living, Tren Baru Gaya Hidup yang Menolak Budaya Hustle

Editor: Edy Purnomo

blokTuban.com - Apakah Anda pernah melihat konten tentang gaya hidup slow living di media sosial? Ya, slow living adalah cara atau metode untuk memperlambat ritme kehidupan. Soft living sedikit berbeda, tapi ada kesamaan, yakni lebih menekankan pada gaya hidup yang “lembut,” nyaman, penuh perhatian pada kesejahteraan mental dan fisik, serta menghindari tekanan berlebihan (termasuk dari budaya hustle).

Tren gaya hidup soft living mulai mendapat tempat di tengah masyarakat urban, terutama generasi muda. Gaya hidup ini muncul sebagai respons terhadap budaya kerja keras berlebihan atau hustle culture yang selama ini dianggap sebagai standar kesuksesan.

Soft living menekankan pentingnya kenyamanan, keseimbangan hidup, serta perhatian terhadap kesehatan mental. Aktivitas seperti menghindari pekerjaan lembur, memilih rutinitas yang pelan, hingga membatasi interaksi digital menjadi ciri utamanya.

Reaksi terhadap Tekanan Produktivitas

Kecenderungan untuk terus produktif dan bekerja tanpa henti mulai dipertanyakan. Banyak anak muda, khususnya generasi Z, merasa burnout akibat tekanan yang terus-menerus.

Penelitian Work Life Balance Dosen Wanita dengan Tugas Tambah di Universitas Airlangga mengungkap tantangan besar yang dihadapi para dosen wanita dalam menjaga keseimbangan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Mereka harus membagi waktu, perhatian, dan energi antara tugas profesional dan kewajiban keluarga.
Dalam penelitian tersebut disebutkan:

Work life balance dimaknai sebagai pembagian porsi waktu, perhatian, energi pada kedua domain yaitu domain pekerjaan dan rumah tangga atau keluarga.”
(repository.unair.ac.id)

Beberapa dosen melaporkan kehilangan waktu untuk keluarga dan diri sendiri, serta konflik yang berdampak pada kesehatan emosional dan fisik. Komunikasi yang baik, pembagian tugas, dan delegasi tanggung jawab adalah strategi yang digunakan untuk menjaga keseimbangan tersebut.

Dukungan dari Institusi

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga bersama Airlangga Health Promotion Center (AHPC) juga aktif menggelar program kesadaran kesehatan mental dan fisik, seperti acara “Happy and Healthy Life Style” pada Agustus 2024.Ketua AHPC, Dr. Sri Widati S.Sos., M.Si., menekankan pentingnya menjaga kesehatan:
“Kesehatan itu penting dan tidak semua penyakit bisa dicover dengan BPJS, oleh karena itu mari kita jaga kesehatan itu dengan sebaik-baiknya.”
(unair.ac.id)

Acara tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan dan edukasi gaya hidup sehat yang bisa menjadi bagian dari penerapan soft living dalam keseharian.

Soft Living vs Hustle Culture: Pilihan Gaya Hidup

Budaya hustle menempatkan produktivitas, target, dan status sosial sebagai fokus utama. Banyak orang merasa harus terus bekerja keras, lembur, dan menunjukkan kesibukan sebagai tanda kesuksesan. Sayangnya, pendekatan ini sering membawa dampak negatif seperti kelelahan ekstrem (burnout) dan stres kronis yang menggerogoti kesehatan mental.

Sebaliknya, soft living atau konsep keseimbangan kerja dan hidup yang kini mulai diminati lebih menitikberatkan pada kesehatan mental, kualitas hidup, dan waktu berkualitas bersama keluarga. Pendekatan ini mengajak individu untuk lebih bijak dalam mengatur waktu, mengelola energi, dan menerapkan komunikasi serta pembagian tugas yang sehat. Meski tantangan seperti kelelahan tetap ada jika tidak dikelola dengan baik, soft living membuka ruang bagi perbaikan kesejahteraan secara menyeluruh.

Dengan kata lain, soft living tidak menolak kerja keras, tapi mengajak kita untuk tidak melupakan keseimbangan hidup agar kesehatan fisik dan mental tetap terjaga.

Kesimpulan

Soft living bukan berarti mengabaikan kerja keras, tetapi upaya mencari keseimbangan agar hidup tidak hanya tentang target dan produktivitas semata. Penelitian UNAIR dan program kampus menunjukkan kebutuhan nyata untuk memperhatikan kesejahteraan fisik dan mental. Soft living bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi tekanan budaya hustle, terutama bila didukung oleh sistem dan kebijakan yang memadai.

Referensi:
• Penelitian Work Life Balance Dosen Wanita UNAIR
• Program Happy and Healthy Life Style UNAIR