Panenan buah bengkoang yang ada disekitar wilayah Kecamatan Parengan, tengah mencapai siklus puncak. Kendati begitu, tak sedikit petani maupun pedagang yang mengeluh, sebab penjual yang naik turun akibat dampak pandemik Covid-19.
Panen buah Bengkoang yang ada di Desa Mojomalang, Kecamatan Parengan, memiliki stok dominasi aman di pasaran lokal buah. Hal tersebut menyebabkan penenan sekunder masyarakat setempat selalu terjaga dalam kesakitan harga.
Pemandangan berbeda beberapa minggu ini terjadi di sepanjang Jalan Raya Bojonegoro-Jatirogo turut Desa Selogabus, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban.
Tanaman buah bengkoang yang tersebar di Desa Selogabus dan Desa Mojomalang sudah memasuki masa panen sejak awal Februari lalu. Banyak warga setempat yang langsung menjual hasil panenan tersebut, di pinggiran jalan Raya Desa Selogabus-Parengan.
Tengkulak dari berbagai wilayah Kabupaten Tuban maupun luar Tuban banyak berdatangan ke Desa Mojomalang, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban. Kedatangan tengkulak tersebut untuk memburu buah bengkoang, yang segar dari petani secara langsung untuk dijual kembali di daerah-daerah lain.
Terdengar suara riuh, di sebuah sungai yang berada di Desa Mojomalang, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban, tepatnya suara riuh tersebut muncul dari bawah jembatan besi bekas kereta api zaman dahulu.
Panen Bengkoang di kawasan Kecamatan Parengan yang dilakukan oleh para petani dimanfaatkan oleh sebagian warga untuk mengais rezeki dengan berjualan di sepanjang jalan raya Jatirogo-Bojonegoro.
Desa Mojomalang, Kecamatan Parengan yang terdiri dari empat dusun, yakni Dusun Krajan, Genengan, Ndawung dan Alastuwo terdapat kurang lebih 15 hektare persawahan ditanami buah bengkoang.
Mendengar kata panen, yang ada di benak membayangkan petani yang diterpa rasa senang. Namun apabila hasil panen tersebut menurun pasti petani akan merasakan kegelisahan.
Sudah hampir satu bulan lebih petani yang berada di Desa Mojomalang, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban melakukan panen buah bengkoang, Jumat (15/4/2016).
