Briket dari Siwalan dan Batok Kelapa Buatan Warga Tuban Tembus Pasar Nasional

Reporter : Ali Imron 

blokTuban.com - Pertamina Patra Niaga lewat Fuel Terminal Tuban kembali menghadirkan gebrakan baru dalam isu lingkungan dan sosial. Lewat program bertajuk "Kang Ebit" (Kampung Eco-Briket), perusahaan energi ini menyulap limbah organik seperti siwalan dan batok kelapa menjadi briket ramah lingkungan yang kini diminati pasar di berbagai wilayah Indonesia.

Program yang diluncurkan resmi hari ini, Senin (14/7/2025), bertujuan memanfaatkan limbah rumah tangga yang selama ini terbuang sia-sia. Uniknya, bahan baku utama berasal dari limbah khas daerah Tuban seperti siwalan hasil olahan buah lontar yang banyak ditemui di daerah pesisir utara Jawa Timur dan batok kelapa.

"Kang Ebit adalah solusi inovatif terhadap dua persoalan utama: limbah dan keterbatasan ekonomi masyarakat rentan," jelas Rahmad Febriadi, Fuel Terminal Manager Tuban.

Menurutnya, briket hasil olahan tersebut tak hanya ramah lingkungan, tapi juga punya nilai ekonomi tinggi dan telah dipasarkan secara luas. Rahmad menegaskan bahwa program ini adalah bentuk kontribusi nyata Pertamina dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

Bukan sekadar pengelolaan limbah, Kang Ebit juga digarap sebagai program pemberdayaan masyarakat. Kelompok-kelompok rentan seperti ibu rumah tangga, pemuda tidak produktif, dan lansia dilatih langsung oleh tim Fuel Terminal Tuban dalam seluruh proses produksi: mulai dari pengumpulan bahan baku, pengolahan, pencetakan, hingga pemasaran.

"Program ini memberi mereka keahlian baru dan penghasilan tambahan yang stabil. Ini yang kami sebut sebagai pendekatan dari akar rumput," tambah Rahmad.

Sejak awal 2025, program ini telah memproduksi sekitar 14 ton briket setiap bulannya. Permintaannya pun terus meningkat, terutama dari sektor rumah tangga dan pelaku UMKM yang membutuhkan energi alternatif murah dan bersih.

Alek Mashadi dari Bapperida Tuban menyebut program ini sebagai terobosan penting dalam mendorong energi terbarukan.

"Kang Ebit bukan cuma soal energi alternatif, tapi juga membuka peluang ekonomi baru dan meningkatkan kualitas lingkungan," katanya.

Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, menegaskan bahwa Kang Ebit adalah bagian dari upaya menyeluruh perusahaan dalam menangani limbah, termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

“Kami ingin Fuel Terminal Tuban jadi contoh dalam pengelolaan lingkungan, terutama di sektor energi,” ujar Ahad.

Ahad berharap program ini bisa direplikasi di wilayah lain dan menjadi model dalam penerapan ekonomi sirkular yang menggabungkan pelestarian lingkungan dengan pengembangan ekonomi kreatif berbasis masyarakat.

[Al/Rof]