Mau Tanam Kelengkeng Kateki Sugihan, Simak Kelebihan dan Kekurangannya

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Di Kabupaten Tuban terdapat salah satu desa yang dikenal sebagai penghasil buah kelengkeng unggul varietas kateki, yakni Desa Sugihan, Kecamatan Merakurak. Memiliki keunggulan berdaging tebal dan rasanya manis, sehingga pada (1/2/2022) lalu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa datang untuk memanennya.

Khofifah sendiri mengapresiasi para petani Desa Sugihan yang menggunakan sistem pertanian tumpangsari. Wiyono, Ketua kelompok tani Ngudi Tirto Makmur Desa Sugihan, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban mengungkapkan bahwa sebelum menanam kelengkeng juga sudah diberlakukan sistem tumpangsari, sehingga ada bermacam-macam tanaman yang ditanam.

“Kita hanya perlu mengelola lagi tumpangsari apa yang paling cocok kedepannya,” ujarnya dikutip dari siaran radio Pradya Suara, Senin (7/2/2022).

Wiyono mengungkapkan awal mula petani Sugihan mulai menanam kelengkeng pada tahun 2016. Sebelumnya para petani di desa tersebut menanam tanaman polowijo, seperti jagung dan kacang. “Jadi itu program sebenarnya, kemudian ditawarkan ke pemdes dan pemdes menyetujuinya,” ungkapnya.

Sebelumnya, Kang Yono, sapaan akrabnya juga melakukan studi terlebih dahulu sebelum memulai budidaya kelengkeng. Termasuk terkait perawatan, serta jenis-jenis kelengkeng. “Setelah saya estimasikan ternyata lebih untung dan kita masih bisa tumpangsari. Di samping itu program dari pusat juga harus 25 hektar dan harus ngeblok,” jelasnya.

Ia melanjutkan bahwa awalnya harus mengajak 60 orang petani untuk membudidayakan kelengkeng tersebut. “Door to door dulu, merayu dulu. Saya sendiri juga ngajak belum ada bukti, jadi agak bingung dulunya, tetapi untungnya bisa,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Holtikultura, Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan, Lingga Hendarto mengungkapkan dari dinas sendiri ikut mendampingi program yang turun dari Kementerian Pertanian, termasuk bantuan bibit kelengkeng varietas kateki di Desa Sugihan. Sebelumnya, dinas terlebih dahulu mempelajari seperti apa varietas kelengkeng kateki itu.

“Setelahnya dari Dinas menyetujui dan menerima program tersebut yang mana sasarannya adalah kelompok tani dari Desa Sugihan,” jelasnya.

Varietas kelengkeng kateki memiliki kelebihan yakni cepat berbuah dan mudah berproduksi. Tajuknya bisa rimbun karena dalam setiap tahunnya selalu tumbuh melebar sehingga dibutuhkan jarak 7x7 meter antar pohonnya. Di sela-sela tanaman kelengkeng itulah masih bisa digunakan untuk menanam tanaman lain.

Selain memiliki kelebihan varietas kateki juga memiliki kelemahan, yakni tidak bisa melakukan pembungaan dan pembuahan selama tidak mendapatkan treatment. Treatmennya adalah pemupukan dan pemberian perangsang. 

"Nah, dengan begitu akan memberikan celah atau peluang untuk kontinuitas produksi, artinya bisa dibuahkan di luar musim sehingga bisa diatur,” jelasnya.

Satu pohon kelengkeng dapat menghasilkan 40-70 kilogram buah kelengkeng. Diungkapkan oleh Wiyono, treatment yang dilakukan petani Desa Sugihan untuk menghasilkan buah dengan kualitas unggul tersebut menggunakan pupuk kandang, pupuk kimia, dan perangsang bunga.

“Kalau tidak diberi perangsang bunga maka tidak akan berbuah. Hal itu memang kelemahan tapi juga bisa menjadi keunggulan. Artinya, kita harus modal lagi tapi dengan perangsang bunga itu kita bisa mensiasati musim,” ujarnya selaras dengan pernyataan Lingga.

Bantuan bibit kelengkeng varietas kateki dari Dirjen Holtikultura memang dimulai dari kelompok tani Desa Sugihan. Lingga mengungkapkan bahwa bantuan tersebut juga dilakukan secara bertahap sampai tiga kali. 

“Untuk yang ketiga kali ini tidak hanya kelompok tani Pak Wiyono, tapi disebar di empat kecamatan, yakni Soko, Senori, Kenduruan, dan Merakurak,” ungkapnya.

Selain buah kelengkeng varietas kateki, Pemkab sudah merancang dan merencanakan untuk pengembangan tanaman buah-buahan lain, yakni alpukat dan dimulai tahun 2022 ini akan ada pengembangan nangka genjah di Kecamatan Merakurak.

"Khusus untuk buah-buahan sendiri sebenarnya sudah banyak yang kita bantukan ke petani-petani Kabupaten Tuban. Selain alpukat, ada pisang mas kirana, ada jambu kristal, jambu biji, jambu air juga," jelasnya.

Beragam program tersebut, belum menghasilkan buah lebat dan menghiasi pasar lokal karena karena perawatan yang kurang dan umur tanaman yang belum berproduksi. Sekaligus stoknya habis, sebelum sampai ke pasar. [Din/Ali]