Kisah Relokasi dan Hilangnya Dua Dusun di Jenu Karena Industri

foto: lokasi relokasi mandiri warga di Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Tuban

"Kehadiran proyek raksasa Kilang Minyak Grass Root Refinery (GRR) di Kabupaten Tuban bagai dua mata pisau. Di balik harapan kesejahteraan dan isu konsumerisme warga, ada cerita relokasi yang berpengaruh pada kearifan lokal setempat,".

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Suatu siang, Kamis (18/2/2021), di antara deretan rumah-rumah yang baru dibangun di Dusun Tadahan, Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Suwarno (45), berbincang dengan kami. Dia merupakan salah satu warga yang terkena relokasi. Ada semacam keberatan dari cara dia berbicara, karena harus pindah rumah yang dia punya ke lokasi baru yang berjarak sekitar satu kilometer.

"Saya ingat undangan konsultasi publik kilang minyak tanggal 9 Januari 2019. Dalam hati bertanya-tanya kenapa harus relokasi? Tapi kalau negara butuh mau gimana lagi," kata Suwarno mengawali pembicaraan.

Kurang dari satu tahun setelah konsultasi publik dia terima, lahan milik Suwarno baru diukur oleh tim BPN pada 26 Desember 2019. Bangunan rumahnya dihargai Rp326 juta dan saat kajian ulang dia mendapatkan tambahan Rp49 juta. Untuk kandang ternak yang dia punya dihargai Rp234 juta. Total uang ganti yang dia dapat sebesarRp612 juta. 

Warno, dan beberapa orang lain tidak memiliki lahan sawah yang dibebasakan untuk proyek ini. Hasil dari jual rumah dan kandang, menurutnya tidak sepadan untuk membeli lahan dan bangun rumah baru.

"Untuk beli lahan lagi harganya sudah Rp650 ribu/meter. Saya harus merogoh tabungan dan jual sapi lagi untuk bisa mendirikan rumah baru," imbuhnya sembari menunjukkan arah lokasi relokasi mendiri ke reporter blokTuban.com. 

Saat ini sudah ada 63 KK yang ada di lokasi lahan relokasi mandiri di Desa Wadung. Mereka berasal dari Dusun Tadahan, Ringin dan Boro. Relokasi mandiri ditempat ini merupakan lahan yang dibeli sendiri oleh warga yang terkena relokasi setelah mendapatkan pembayaran dari perusahaan untuk dipergunakan sebagai lokasi pemukiman baru. Mereka juga harus membeli akses jalan sendiri.

Cerita lain datang dari Marjuki (49), yang juga membuat rumah baru di lahan relokasi mandiri. Dulu rumah dan musholla yang ada di depannya, dihargai Rp280 juta. Musholla yang dimaksud awalnya dia bangun keperluan pribadi, tapi pada akhirnya juga dimanfaatkan oleh warga sekitar. Dia sempat berharap musholla juga dihitung sendiri dengan harapan akan dibangun kembali di depan rumahnya. Tetapi dia mendapatkan jawaban kalau harga rumah dan musala menjadi satu.

"Saya jadi bingung saat dijawab begitu oleh tim. Saat ini untuk bangun rumah sudah habis Rp300 juta lebih karena harga bahan material terus naik," sambung Marjuki yang kesehariannya bekerja serabutan sambil ternak sapi. 

Meski begitu baik Suwarno ataupun Marjuki juga bersyukur karena tetangga dan kerabatnya juga banyak yang tinggal di lokasi relokasi mandiri. Mereka berharap perusahaan juga memberikan fasilitas umum seperti taman dan musholla seperti yang dijanjikan saat sosialisasi.

Kadek Ambara Jaya, Presiden Direktur PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia mengatakan staf CSR Pertamina telah melakukan pendataan cek fisik. Tujuannya mendapatkan data riil untuk kemudian ditindaklanjuti ke manajemen. Keterangan ini dia ungkap terkait permintaan dari warga untuk membangun fasilitas umum seperti musala di lokasi relokasi mandiri.

"CSR musala warga relokasi perlu dilakukan verifikasi sebelum mendapatkan persetujuan alokasi anggarannya," kata Kadek melalui pesan WhatsApp, Jumat (19/2/2021).

Selain musala, tim juga datang ke Balai Desa Wadung bertemu aparatur desa membahas beasiswa. Hal ini menindaklanjuti keinginan warga yang disampaikan dalam unjuk rasa pada tanggal 14 Februari 2020 di depan pintu gerbang GRR Tuban. 

Program beasiswa, lanjut Kadek telah dimasukkan dan saat ini belum bisa dimulai karena belum mendapatkan data yang tepat sesuai kriteria. Diperlukan pendataan lebih jauh agar program tepat sasaran dan Desa Wadung mendapat prioritas beasiswa. 

Ada 20 hektare lahan milik Perhutani di tepi jalur Pantura Desa Sumurgeneng, Jenu yang disediakan untuk warga relokasi. Selain rumah, lahan tersebut akan dilengkapi dengan fasilitas umum pendukungnya. Warga Wadung akan dipindahkan ke lokasi tersebut, setelah pemukiman selesai dibangun dan siap huni. Sambil menunggu proses ijin dari Kementrian LHK, warga masih bisa menempati rumah sebelumnya.

"Relokasi di kawasan Perhutani kurang lebih 34 KK," lanjut Kadek. 

Saat ini Pertamina melalui Kementrian BUMN dan KLHK masih proses pembahasan boleh tidaknya diskresi melakukan kegiatan fisik di lapangan pararel dengan proses Tukar Menukar Kawasan Hutan (TMKH). 

Catatan yang dihimpun blokTuban.com, kilang minyak Pertamina yang bekerjasama dengan Rosneft Rusia akan menempati lahan seluas 1.050 hektare. Seluas 384 hektare lahan milik warga Desa Wadung, Desa Kaliuntu dan Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, dan seluas 328 hektare lahan milik KLHK, lahan Perhutani 109 hektare dan 229 hektare area laut.

Kisah Berulang, Hilangnya Dusun dari Desa Wadung

Dulu, sebelum tahun 1986, Desa Wadung mempunyai terdiri dari 6 dusun yakni: Dusun Blarak, Dusun Boro, Dusun Semangke, Dusun Bogang, Dusun Krajan, dan Dusun Ringin. Saat ini satu dusun, yakni Dusun Blarak, sudah hilang dari peta desa. Konon, di tahun 1986 warga Dusun Blarak tergusur karena lokasi tempat mereka tinggal akan dipergunakan sebagai pengembangan industri kayu. Tempat Dusun Blarak dulu, saat ini adalah tempat PLTU Tanjung Awar-awar beroperasi.

Peristiwa 35 tahun silam, sepertinya akan terulang kembali di Desa Wadung. Proyek kilang Tuban membutuhkan lahan sampai 1.050 hektar. Demi kepentingan pembangunan, proyek ini akan memindahkan rumah-rumah penduduk dari Desa Wadung. Dusun Boro akan hilang, karena relokasi rumah penduduk terbanyak berasal dari Dusun ini.

Kepala Desa Wadung, Sasmito, menyebut akan ada satu dusun lagi di Desa Wadung yang hilang. "Dulu Dusun Blarak hilang, dan satu dusun lagi yakni Dusun Boro juga akan hilang," kata Sasmito. Dengan begitu Desa Wadung yang awalnya terdiri dari 6 dusun, nanti hanya tinggal 4 dusun yakni Dusun Semangke, Dusun Bogang, Dusun Krajan dan Dusun Ringin.

Hilangnya dusun di Desa Wadung dibenarkan Camat Jenu, M. Maftuchin Reza. Lokasinya masih di Wadung, namun warganya semua relokasi karena wilayahnya masuk dalam Penetapan Lokasi (Penlok) kilang minyak GRR. 

Camat Reza menjelaskan beberapa skema relokasi. Relokasi mandiri yang dilakukan oleh warga, yakni tanah dan bangunan diganti uang oleh perusahaan dan warga membuat sendiri rumah barunya, dan ada yang direlokasi Pertamina, yakni dengan cara perusahaan menyediakan lahan dan rumah baru untuk ditempati warga. Semuanya harus berdasarkan kesepakatan bersama. Jika diprosentase relokasi mandiri kurang lebih 60 persen dan sisanya 40 persen relokasi ikut Pertamina di lahan Perhutani. 

"Sesuai permintaan warga sekarang sudah ada yang relokasi mandiri dan masih ada yang menunggu kabar dari Pertamina. Untuk jumlah warga yang relokasi Pemerintah Kecamatan belum menerima update dari Pertamina," ungkap mantan Camat Bangilan. 

Camat berharap relokasi berjalan lancar. Warga dia minta bersabar, tetapi perusahaan juga diminta untuk mempercepat prosesnya.

Proyek kilang minyak GRR Tuban merupakan salah satu proyek strategis nasional yang ditugaskan kepada Pertamina pada 2016 lalu. Penugasan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 807 K/12/MEM/2016 tentang penugasan kepada Pertamina dalam pembangunan dan pengoperasionalan kilang minyak di Tuban, Jawa Timur.

Penugasan yang diberikan pemerintah kepada Pertamina, di antaranya adalah melaksanakan pembangunan kilang minyak di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban dengan kapasitas kilang 300.000 barel per hari. Jenis dan jumlah produk kilang berupa BBM jenis bensin dengan produksi minimal 80.000 barel per hari dan BBM jenis solar 100.000 barel per hari.

Pertamina menyebut, proyek grass root refinery Tuban akan onstream pada 2026 dengan nilai investasi Rp225 triliun. Setelah mulai beroperasi, Kilang Tuban akan meningkatkan ketahanan produksi minyak mentah dengan produk olahan bensin, solar, dan avtur. Selain itu akan memperkuat industri petrokimia.

Di balik heroisme cerita tentang ketahanan energi nasional. Ada kisah tentang kehidupan warga di sekitarnya. Bagi sebagian warga di sana, mereka berharap relokasi ini adalah yang terkahir. Karena tercerai berai dari sanak kerabat selalu menyisakan cerita pilu. (Al/dy)