Sempat Galau, Gundah dan Bingung

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com -  Menjadi radiografer adalah cita-cita Rahma Angelina (22). Karean itu, setelah lulus dan diwisuda dari Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi  (TRR) dia mencoba mendaftarkan diri ke sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang membuka lowongan radiografer.

Gayung bersambut, lamarannya diterima di sejumlah rumah sakit. Namun, tenaga kesehatan fresh graduate ahli madya itu menentukan pilihannya di Rumah Sakit Medika Mulia di Kabupaten Tuban, Jawa Timur setelah dinyatakan diterima melalui test dan interview.

Grafer muda asal Desa Jepangrejo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah itu pun menjalani masa orientasi dan training mulai November 2020. Berkenalan dengan para seniornya, memotivasinya untuk loyal pada profesi, managemen dan tanggung jawab kemanusiaan.

Peralatan dan fasilitas di instalasi radiologi rumah sakit setempat dengan cepat bisa dipelajari dan diikuti untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien.

Dua bulan berlalu menjalani masa training, semangat nakes muda itu seakan tidak kendor. Berbagai karakter dan jenis penyakit pasien yang dilayani mendewasakan Rahma dalam pengabdiannya.

Tidak terkecuali dengan pasien-pasien yang terpapar virus corona. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap dan mematuhi protokol kesehatan menjadi pemacu adrenalin melawan persebaran Covid-19.

Bersama tim rumah sakit setempat, dirinya bergerak bersama. Bergiliran melakukan tugasnya, baik pagi, siang hingga malam hari.

Namun sayang, memasuki awal tahun baru 2021 atau bulan ketiga masa training kerja, Rahma harus menerima kenyataan. Dirinya dinyatakan terinfeksi positif virus corona (COVID-19) setelah menjalani swab test polymerase chain reaction. 

(PCR) bersama sejumlah tenaga kesehatan dan tenaga medis lainnya dari rumah sakit setempat.

Galau, bingung dan gundah berkecamuk dalam hatinya. Itu sangat beralasan karena dia jauh dari keluarga. Dia mengakui sempat merasakan sesak nafas, demam dan batuk beberapa hari sebelum diswab test hingga akhirnya diketahui hasilnya positif COVID-19.

“Saya tidak menyangka kalau ternyata saya telah terpapar COVID-19. Sempat panik, bingung, gundah dan galau. Mau mengabari orang tua juga kawatir. Tapi saya berfikir positif, saya tidak sendirian, saya berdoa, memohon kepada Tuhan supaya diberi kesembuhan,” kata Rahma.

Dijelaskannya, setelah dinyatakan positif COVID-19, dirinya  harus menjalani perawatan di ruang isolasi biasa rumah sakit setempat.

“Saya jalani perawatan di ruang isolasi biasa. Motivasi, dukungan dari dokter, perawat dan para  senior, membangkitkan saya untuk tetap semangat dan menghadapi kenyataan,” ungkapnya.

Ia pun mengapresiasi, ketulusan, kecepatan tindakan dan kekeluargaan di lingkungan rumah sakit setempat.      

“Luar biasa, benar-benar bersyukur bisa bergabung bersama keluarga besar rumah sakit Medika Mulia. Semuanya baik, mengobati dan merawat saya, mendorong supaya saya tetap semangat,” ucapnya terharu.

Setelah empat hari menjalani perawatan di ruang isolasi biasa dan dinyatakan dokter kalau kesehatannya telah membaik, maka sesuai Standard Operating Procedure (SOP) dirinya harus menjalani isolasi mandiri selama lebih kurang tujuh hari.

“Ikhlas menjalani isolasi mandiri, ada beberapa teman tenaga kesehatan muda menjalani isolasi yang sama,” kata dia.

Diakui selama tujuh hari menjalani isolasi mandiri di sebuah rumah yang difasilitasi oleh Pemkab Tuban melalui Dinas Kesehatan setempat telah menempanya untuk merefleksi diri, mengikuti petunjuk isolasi mandiri dan mengambil hikmah terbaik atas ujian dari Tuhan.

“Awalnya saya bayangkan, ada kejenuhan, dikurung, tidak boleh keluar. Tapi ternyata tidak demikian. Banyak teman, saling support, buat tik-tok, olahraga, makan bersama. Tim Satgas COVID-19 juga baik dan ramah semua,” terangnya.

Perasaan lega dan bersyukur mengalir ke pori-pori kehidupan radiografer muda asal Blora itu setelah dokter menyatakan kesembuhannya dan bisa meninggalkan rumah isolasi mandiri.  

“Alhamdulillah, saya sudah dinyatakan sehat dan sembuh oleh dokter. Pada hari Selasa tanggal 26 Januari 2021, saya diijinkan pulang dan selesai menjalani isolasi mandiri,” ungkapnya.

Kini, dirinya sudah kembali beraktivitas di rumah sakit, menjalankan tugasnya bersama tim di instalasi radiologi Rumah Sakit Medika Mulia kabupaten Tuban.

“Saya secara pribadi dan keluarga mengucapkan terimakasih kepada para dokter dan perawat serta tim Gugus Tugas Penanganan Percepatan Covid-19 Kabupaten Tuban. Terimakasih kepada dokter Deny Perdana Putra,Sp.P dan dokter Bagus Danu Hariyanto,Sp. Rad. Terimakasih buat Kak Willa, Kak Emil dan semuanya yang telah mensupport dan membatu saya,” ungkapnya.

Rahma juga mengingatkan kepada warga masyarakat supaya tidak abai dan tetap patuh protokol kesehatan karena COVID-19 itu nyata dan ada.

Berdasarkan literasi, Rahma menyebutkan bahwa Covid-19 itu bukan penyakit sosial, ini adalah penyakit infenksius yang dapat menyerang siapa saja. Memang resiko tertinggi adalah tenaga medis dan orang-orang yang kontak erat dengan masyarakat banyak misalnya Sat Pol PP, petugas pelayanan umum di bank  atau di pasar.

Oleh karena itu, tambahnya, kepada masyarakat diminta tidak menganggap penyakit stigma sosial, jangan takut untuk terdiagnosa Covid-19 apabila sakit.

“Ikutilah alurnya, ikutilah semua pemeriksaan sesuai anjuran dari dokter yang memeriksa. Kepada tenaga kesehatan yang kini menjalani isolasi, semoga tetap sehat dan semangat, selalu bahagia, konsumsi manakan yang bergizi agar imun tetap terjaga,” kata dia.

Apalagi, pemerintah telah berupaya keras mencegah persebaran COVID-19,  termasuk telah mendistribusikan vaksin COVID-19, sehingga perlu diikuti dan didukung oleh semua masyarakat. [ali/ono]