6 Cara Sederhana Mencegah Anak Stres karena PJJ

Reporter: -

blokTuban.com - Semua orang menghadapi situasi yang berbeda di masa pandemi saat ini, termasuk dalam menghadapi proses pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Tidak hanya guru dan orangtua, namun anak juga perlu beradaptasi dengan pola belajar baru ini.

Respons anak terhadap PJJ beragam, mulai dari bosan, kesulitan mengikuti, hingga stres.

Stres karena PJJ sebaiknya tidak disepelekan. Sebab, selain beradaptasi dengan pola belajar yang baru, anak juga perlu menjaga kehidupan sosialnya dan menjaga performa akademiknya.

Seorang peneliti dari Yale's Center for Emotional Intelligence, Emma Seppälä, menyebutkan bahwa tingkat stres tinggi berhubungan dengan beberapa kondisi berikut:

- Fokus terganggu.
- Kurang kreativitas dan inovasi.
- Pengambilan keputusan yang lebih buruk.
- Risiko kejenuhan yang lebih besar, dan
- Prestasi akademik yang lebih buruk.

Jangan sampai anak Anda mengalami stres karena PJJ terlebih dahulu, baru Anda mencari solusinya. Idealnya, lakukan pencegahan sebelum stres terjadi.

Berikut enam teknik menghilangkan stres yang bisa dilakukan orangtua bersama anak menghadapi PJJ yang memicu stres dan kesulitan:

1.Olahraga

Di masa PJJ, mungkin anak akan lebih minim mendapatkan pelajaran olahraga secara fisik, maka penting untuk menjaga mereka tetap berolahraga.

Dilansir Insider, olahraga terbukti dan direkomendasikan sebagai pelepas stres karena dapat menurunkan kortisol atau hormon stres dan melepaskan endorfin atau hormon yang meembuat kita merasa bahagia.

Tidak hanya bisa membantu mengelola stres, penelitian juga menemukan keterkaitan antara aktivitas fisik dan performa akademik yang lebih baik, lho.

Untuk anak usia 6-17 tahun, Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS merekomendasikann setidaknya 60 menit olahraga moderat ke berat, setiap harinya.

Untuk membantu mengatasi stres, anak dapat membaginya menjadi beberapa sesi olahraga selama 10-15 menit, di pagi, siang dan malam.

2. Praktik meditasi

Letakkan ponsel atau barang elektronik lainnya sejenak, dan lakukan praktik meditasi.
Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang melakukan praktik meditasi memiliki aktivitas lebih di prefrontal korteksnya.

Ini adalah bagian otak yang mengatur soal pengambilan keputusan, perilaku sosial dan fokus seseorang.

"Meditasi bisa menjadi pintu gerbang yang baik menuju perawatan diri," kata Kepala Layanan Klinis di The Dorm, Amanda Fialk.

Jika bingung bagaimana memulainya, Anda bisa mengunggah aplikasi meditasi melalui ponsel lalu mengikuti langkah yang diberikan.

Baik Seppälä maupun Fialk sepakat bahwa meditasi adalah kunci agar anak memiliki kehidupan yang sehat dan seimbang.

3. Makan makanan bernutrisi

Usahakan untuk menyediakan makanan bernutrisi, seperti makanan tinggi serat dan alami, demi menjaga performa akademik anak.

Apalagi di masa yang memicu stres seperti sekarang ini, seseorang akan lebih sulit mempertahankan kebiasaan makan sehatnya dan sering berakhir memilih makanan yang tidak sehat.

Menurut Fialk, fokus pada pola makan sehat adalah langkah pertama mengelola stres, karena ini adalah salah satu cara termudah yang bisa dikendalikan.

Beberapa cara tepat untuk memastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup sepanjang hari adalah dengan memastikan mereka sarapan, ngemmil makanan sehat seperti buah-buahan, dan menghindari makanan tinggi kafein atau gula setelah jam 14.00.

Makanan yang dikonsumsi anak harus mengenyangkan, bergizi dan mencakup makanan sehat yang disukainya.

4. Main di luar rumah

Beraktivitas di luar rumah ketika pandemi memang agak sulit. Membuat banyak orang menjadi lebih banyak berdiam diri di rumah dan akhirnya makan berlebih.

Cobalah memperbanyak aktivitas di luar rumah, misalnya bermain di halaman atau taman di kompleks perumahan Anda.

Menghabiskan waktu di luar ruangan bisa memberikan perubahan besar, bahkan sebuah riset mengungkapkan keterkaitannya terhadap performa akademik.

Agar lebih menyenangkan, cobalah lebih kreatif dalam memberikan pilihan aktivitas.

Anda bisa mengajak anak bersepeda, jalan kaki atau bermain olahraga yang mereka sukai, dengan tentunya tetap menerapkan protokol jaga jarak.

5. Ngobrol dengan teman

Interaksi sosial addalah salah satu aktivitas terpenting dari bersekolah.

Sejumlah studi mengungkapkan bahwa dikelilingi teman-teman membuat kita lebih optimis dalam memandang hidup, yang pada akhirnya membuat kita lebih mampu menghadapi segala tantangan hidup.

Meskipun saat ini kita dianjurkan untuk menjaga jarak, interaksi sosial tak boleh diabaikan.

Anak harus tetap punya waktu untuk berinteraksi dengan teman-temannya, sekalipun hanya membuat pekerjaan rumah bersama melalui telepon atau video call.

6. Praktik kasih sayang untuk diri sendiri

Meskipun guru dan orangtua membuat proses ini sebisa mungkin minim stres bagi anak, namun tetap saja ana-anak memiliki beban akademik.

Mereka perlu membuat jadwal baru, beradaptasi dengan kebiasaan baru dan mencari tahu apakah mereka bisa berhasil melakukannya.

Penting untuk diingat bahwa mencoba dan gagal adalah bagian dari proses, termasuk proses adaptasi di masa PJJ seperti saat ini. Ini adalah bagian dari pertumbuhan.

Profesor psikologi pendidikan dari UT, Austin, Kristin Neff menjelaskan dalam bukunya "Self Compassion" bahwa orang yang lebih menyayangi dirinya sendiri memiliki kadar kortisol yang lebih rendah, dibandingkan mereka yang lebih kritis terhadap dirinya sendiri.

Sederhananya, ketika menghadapi situasi yang menantang seperti saat ini, orang-orang yang mampu memberi kasih sayang terjadap dirinya sendiri akan cenderung lebih tenang dan minim stres.

Praktik ini juga bisa membuatmu lebih mudah menyayangi orang lain.

Bagi para siswa yang menghadapi banyak perubahan di kehidupan sekolahnya, penting untuk membangun kebiasaan yang dapat menjaga kesehatan mental mereka.

Namun, yang terpenting dalam proses itu adalah menanamkan agar mereka tetap berbelas kasih kepada dirinya sendiri dan orang lain dalam proses adaptasi saat ini.

*Sumber: kompas.com