Seratus Persen Kilang GRR Tuban Olah Minyak dari Luar Negeri

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Seratus persen kilang minyak di Kabupaten Tuban bakal mengolah minyak mentah dari luar negeri. Diantaranya minyak mentah dari Venezuela dengan harga murah.

Ditambah 60 persen dari 300 ribu barel per hari maksimal akan dipenuhi oleh mitra Pertamina di Kilang Tuban, PT. Rosneft Oil Company dari Rusia. Itupun akan dikaji keonomiannya supaya mendatangkan keuntungkan bagi perusahaan.

Informasi tersebut dipaparkan Project Coordinator GRR Tuban dari Pertamina, Kadek Ambara Jaya saat bertemu media Tuban, Rabu (8/7/2020) siang.

Sejak awal berdirinya Kilang Tuban, Pertamina berharap bisa menutup defisit produksi yang terus membesar. Saat ini skala nasional membutuhkan minyak mentah 1,8 juta barel per harinya.

Berdasarkan data Trading Economic per Agustus 2019 produksi minyak bumi Indonesia berada pada angka 659 ribu bph (barel per hari). Angka tersebut semakin sedikit jika dibandingkan dengan 10 atau 20 tahun lalu.

Di tahun 2000 saja, produksi minyak bumi Indonesia masih berada di kisaran 1,5 juta bph. Terus turun pada tahun 2010 menjadi 1 juta bph.

"Desain Kilang Tuban akan mengolah minyak asam atau bersulfur tinggi. Kalau di Indonesia dikenal minyak mentah yang manis," terang Kadek disela acara.

Kadek juga menjelaskan alasan tidak memakai minyak mentah dari dalam negeri misalnya dari Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, karena jenis minyaknya mengandung sulfur agak tinggi. Kendati demikian, masih lebih tinggi dengan yang ada di Timur Tengah.

Dalam syarat mencari partner di awal, Rosneft harus punya ladang minyak dan kilang. Syarat ini untuk meminimalkan resiko kerjasama investasi yang sangat besar.

Lebih dari itu, Kilang Tuban yang digaungkan memakai teknologi canggih itu karena mengolah minyak berat. Untuk menghasilkan produk dengan spek euro 5 yang tidak berasa, dan kandungan sulfurnya sangat rendah.

Dari total lahan yang dibutuhkan untuk proyek kilang minyak dan petrokimia di Kabupaten Tuban, 95 persen lahan diantaranya telah dibebaskan. Proyek ini sempat terhenti beberapa saat sejak 2017 dengan nilai proyek Rp211,9 triliun.

Direktur Promosi Sektoral BKPM, Imam Soejoedi dalam keterangan resminya di Jakarta mengatakan penyelesaian proyek ini adalah prioritas pemerintah. Tujuannya untuk membangun hilirisasi industri di dalam negeri.

"Sehingga Indonesia dapat mengurangi defisit neraca impor, ketergantungan akan impor minyak, dan membangun ketahanan energi nasional," terangnya.

BKPM sendiri memasukkan proyek kilang minyak di Tuban dalam daftar Rp708 triliun investasi mangkrak. Semenjak kerjasama antara Pertamina dan mitranya asal Rusia, Rosneft Oil Company proyek terkendala lahan. Februari 2020 proyek dilanjutkan setelah ada komunikasi dengan masyarakat.

Proyek yang berada di Kecamatan Jenu yang menempati lahan KLHK dan warga Desa Wadung, Kaliuntu, dan Sumurgeneng ini miliki PT. Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia, yang merupakan usaha patungan antara Pertamina dengan saham 55 persen dan mitranya 45 persen. [ali/ito]