Pertamina Mulai Bayar Lahan untuk Kilang, Pengamat: Kesempatan Warga Melipatgandakan Aset

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Pengamat ekonomi Universitas Airlangga, Imron Mawardi menyikapi pembayaran terhadap lahan warga Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Penggantian lahan warga yang besarnya jauh melebihi NOJP tersebut, diharapkan bisa mengatrol kesejahteraan warga.

Antara lain, karena uang yang mereka terima dari Pertamina bisa dipakai untuk membeli lahan lain yang jauh lebih luas. “Ini peluang warga untuk melipatgandakan aset mereka. Kesejahteraan warga juga bisa meningkat,” terang Imron ketika dihubungi dari Tuban, Rabu (26/2/2020).

Sejak pekan lalu, Pertamina telah membayar kepada warga atas lahan mereka yang akan dipergunakan sebagai lokasi kilang. Pada tahap pertama, pembayaran dilakukan untuk mengganti 20 bidang lahan di Desa Wadung dan Sumurgeneng. Sedangkan tahap kedua, pembayaran dilakukan untuk mengganti 47 bidang lahan warga Desa Sumurgeneng.

Begitupun Imron mengingatkan, agar warga bijak dalam mengelola uang yang diterima. Paling penting, begitu menerima uang, warga harus segera berinvestasi di sektor riil.

Caranya, dengan segera membeli lahan baru yang nilainya lebih rendah dibandingkan lahan lama. Dengan begitu, mereka bisa memiliki lahan yang jauh lebih luas dibandingkan lahan semula.

“Contohnya, jika semula memiliki lahan 100 area, maka dengan uang itu warga harusnya bisa mendapatkan 200 hingga 300 area di tempat baru. Minimal seluas lahan yang dijual,” imbuhnya.

Sikap bijak dalam mengelola uang hasil pelepasan lahan untuk kilang, menurut Imron sangat krusial. Karena jika salah mengelola, justru bisa menjerumuskan warga.

“Ini wajib diingat. Langkah pertama itu tadi, harus segera membeli lahan baru yang luasnya melebihi lahan lama. Sisanya bisa dipergunakan untuk membeli barang-barang untuk menggerakkan produksi mereka. Hindarkan membeli barang konsumtif, seperti mobil dan sepeda motor,” urainya.

Imron mengingatkan, banyak contoh kurang baik tentang pengelolaan keuangan yang tidak tepat tersebut. Misalnya nelayan di daerah pantai, mengapa banyak yang miskin? Yang jelas, lanjut Imron, bukan karena pendapatan mereka rendah.

“Ketika memperoleh ikan dengan harga bagus, nelayan justru konsumtif. Mereka juga terbiasa tidak memiliki cadangan di bulan-bulan kering. Akibatnya barang-barang yang dibeli harus dijual kembali untuk menutupi kebutuhan saat nelayan sulit mendapat ikan,” jelas Imron.

Berkaca dari berbagai pengalaman itulah, Imron menekankan warga Jenu Tuban untuk berhati-hati. Jika warga bijak, maka aset dan tingkat kesejahteraan mereka akan meningkat. “Dengan cara ini, warga Tuban bisa memperbaiki kehidupan mereka,” tandasnya. [ali/rom]