Gempa Tuban September 2019, Pemicu Tanggul Ambles

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Bupati Tuban, Fathul Huda pada Jumat (7/2/2020) siang melakukan inspeksi mendadak (Sidak) tanggul ambles di Desa Sembungrejo, Kecamatan Plumpang.

Didampingi Dandim 0811, Letkol Inf Vialia Romadon, Kepala Bappeda Choliq Qunnasich, Kalaksa BPBD, Kadis PUPR, Kadis PRKP, Forkopimka Plumpang, Pemdes, dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.

Kedatangan Bupati kedua kali disambut beberapa warga sekitar tanggul. Dilanjutkan paparan dari BBWS terkait fenomena amblesnya tanggul, setelah diurug berkali-kali.

"Patahan di tanggul ini bisa disebabkan gempa di Tuban 2019 silam. Kemungkinannya kecil, dan intinya disini ada fenomena geologi karena setelah diperbaiki turun lagi," tutur PPK OP wilayah hilir BBWS Bengawan Solo, Anton kepada blokTuban.com.

Pemicu ini disampaikan Anton kepada Bupati Huda. Patahan tanggul yang terjadi di Plumpang ini, juga terjadi di Gresik, Lamongan, Bojonegoro, hingga Tuban. Kondisi tanah patah seperti dipotong setelah gempa 22 September tahun lalu.

"Tidak longsor tanggulnya tapi patah," tegas Anton.

Sementara ini upaya perbaikan tanggul, BBWS melakukan penimbunan dan menambah sak berisi tanah di belakang tanggul. Sak tersebut sebagai pertahanan terakhir kekuatan tanggul sungai terpanjang di Pulau Jawa.

Sembari menunggu penanganan darurat, Anton berterimakasih kepada Pemkab dan masyarakat yang ikut serta melakukan penimbunan.

Tim Geologi BBWS dari Solo saat ini juga sedang perjalanan menuju ke Plumpang. Tim akan melalukan penyeledikan dan hasilnya untuk menentukan kontruksi apa yang sesuai untuk penanganan tanggul disini.

Soal target penanganan, Anton belum berani menyebut harinya. Karena target ini tergantung hasil penyelidikan tim geologi. Hasilnya akan dianalisa, kemudian dibuat desain baru diaplikasi di lapangan.

"Tapi kita berharap tidak sampai satu dua bulan. Penanganan akan jalan setelah lab tanah disini. Diharapkan bertahan sampai ada pembuatan tanggul permanen," bebernya.

Sementara Bupati Huda mengaku telah mengirimkan surat kepada pusat, untuk penanganan darurat semi permanen. Harapan Pemkab disini segera dibangun tanggul permanen, dan semoga respon Pusat tidak lebih dari 15 hari.

"Kalau lebih dari itu tentu kita semua panik," sambung Bupati dua periode itu.

Pertama kali tanggul ambles diketahui terjadi pada akhir September 2019. Tepatnya di Desa Sembungrejo Plumpang , tanggul ambles dengan panjang retakan 70 meter, dan kedalaman 60 Centimeter.

Pada 2 Oktober 2019, tim Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) telah melakukan upaya jojoh telo pada titik rekahan sepanjang 70 meter dan kedalaman 60 centimeter.

Akhir bulan Oktober 2019, rekahan tanggul makin lebar dan berbahaya. Prakiraan warga, panjang kerusakan tanggul kurang lebih 110 meter.

Perbaikan tanggul ini merupakan sharing antara Pemkab dan BBWS beserta tenaga warga Plumpang. Sementara ini dana awal yang telah tersedot sebanyak Rp143 juta. [ali/col]