Hitungan Hari, Rekahan Tanggul Sungai Bengawan Solo di Plumpang Makin Parah

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Warga di Desa Sembungrejo dan Kedungrojo, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban dihantui rasa was-was, karena rekahan tanggul Sungai Bengawan Solo semakin lebar. Kerusakan tanggul penahan banjir tersebut berlangsung hanya dengan hitungan hari.

Pantauan reporter blokTuban.com, sedari pagi beberapa warga setempat berjaga di tepi tanggul. Mereka memantau perkembangan rekahan tanggul sungai terpanjang di Pulau Jawa ini.

Relawan masyarakat Desa Kedungrojo, Danarji mengatakan, amblesnya tanggul di perbatasan dua desa ini tergolong cepat. Dua tiga hari yang lalu, rekahan masih bisa dilompati warga. Untuk saat ini warga harus memasang bambu sebagai akses berjalan.

"Rekahannya makin lebar dan berbahaya. Sarga sekarang tidak bisa lewat," terang Danarji, Jumat (1/11/2019).

Prakiraan warga, panjang kerusakan tanggul kurang lebih 110 meter. Resiko yang dihadapi, harta benda dan nyawa warga Plumpang selatan terancam jika sewaktu-waktu banjir datang.

Resiko banjir akan berdampak pula pada sektor pertanian, karena wilayah Plumpang menjadi salah satu lumbung pangan di Bumi Wali.

"Respon pihak terkait masih lemah. Informasinya terkendala dana," tegasnya.

Plt. Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban, Emil Pancoro menjelaskan, jika tanggul rekah di Plumpang telah disurvei bersama Dinas PRKP, PUPR, Camat Plumpang dan BBWS Bengawan Solo.

"Hari ini presentasi ke Sekretaris Daerah untuk segera diambil tindakan," singkatnya.

Sebelumnya, kondisi tanggul Sungai Bengawan Solo Desa Sembungrejo pada Jumat (27/9/2019), diketahui ambles dengan panjang retakan 70 meter, kedalaman 60 Centimeter.

Penurunan tanah tanggul penahan banjir tersebut, pertama kali terjadi di musim kemarau 2019. Pihak BBWS juga telah melakukan upaya jojoh telo, tapi akhir Oktober kembali rekah. [ali/rom]