Pentingnya Sinergi Industri Hulu Migas dan Dunia Pendidikan

Reporter: Sri Wiyono

blokTuban.com - Dunia pendidikan, khususnya kampus, harus mampu membekali mahasiswa cara bagaimana menghadapi tantangan persaingan di dunia profesional. Mahasiswa setelah lulus, harus mengerti bagaimana dinamika praktis dalam menjalani profesi. Maka belajar dari para praktisi dan profesional menjadi penting.

Hal ini disampaikan dalam seminar Sinergi Energi 2019 yang diselenggarakan SKK Migas Jabanusa dan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) kerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS ) Surabaya, Kamis (11/4/2019) di Aula B.G. Munaf, Fakultas Teknologi Kelautan, Kampus ITS Surabaya. Pada diskusi teknologi tersebut, para profesional di industri hulu migas berbagi pengalaman kepada ratusan mahasiswa Fakultas Teknologi Kelautan.

“Pertukaran ide dan pengalaman ini sangat penting bagi kami, dunia akademisi. Wawasan praktis seperti ini harus juga dikuasai mahasiswa,” ucap Wasis Dwi Aryawan M.Sc.,Ph.D, Kepala Departemen Teknologi Kelautan ITS

Wasis berharap, kegiatan seperti ini juga membangun kerjasama yang berkelanjutan antara kampus dan perusahaan. Sehingga, kampus bisa menjadi laboratorium bagi industri.

Dalam diskusi yang mengangkat topik “Safe Marine Terminal Operations“ tersebut, mahasiswa mendapat pemaparan tentang dunia industri hulu migas dalam tataran praktek, khususnya tentang proses produksi minyak di Lapangan Banyu Urip, Bojonegoro. Mahasiswa juga diajak berdiskusi soal Teknologi dan Pengoperasian Kapal Alir Muat Terapung FSO Gagak Rimang.


Kepala SKK Migas Jawa Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) yang diwakili Amni Nadya menyampaikan, bahwa industri hulu migas, khususnya di wilayah Jabanusa memerlukan sinergi dengan dunia pendidikan. Menurutnya, inovasi-inovasi teknologi dalam industri minyak dan gas justru kerap muncul dari kampus.

“Sinergi ini penting, karena industri hulu migas juga memerlukan kajian-kajian yang dihasilkan di kampus. Selain itu, kita juga membutuhkan lulusan-lulusan kampus yang bisa berkontribusi dalam kemajuan hulu migas di Indonesia,” imbuhnya.

Nadya mencontohkan, teknologi pengeboran di Lapangan Banyu Urip yang menggunakan skidding rig saat pengembangan lapangan. Teknologi ini merupakan karya anak bangsa Indonesia yang menjadikan kegiatan pengeboran sumur lebih efektif dan efisien.

Pada kesempatan tersebut, para praktisi dari ExxonMobil menjadi pembicara dan narasumber diskusi. Captain Vincent sebagai Mooring Master FSO Gagak Rimang menjelaskan bagaimana teknologi terkini diterapkan dalam pengelolaan Kapal Alir Muat Terapung (Floating Storage & Offloading).

Hadir pula Kus Pribadi, wakil Manajer Instalasi Lepas Pantai ExxonMobil Cepu Limited yang juga merupakan alumni ITS Surabaya. Kus membagi pengalaman profesionalnya dan perjalanan karir dia sejak lulus dari ITS. [ito]