Tak Pernah Dapat Bantuan, Janda Ini Selalu Tabah

Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com - Sudah sepatutnya keluarga, warga atau masyarakat kurang mampu maupun yang berada digaris kemiskinan mendapat perhatian lebih dari pemerintah.

Upaya bantuan sosial berwujud pangan, papan, hingga program-program peretas kemiskinan makin gencar digelontor instansi terkait. Sampai batas waktu terangkatnya kesejahteraan warga miskin, sehingga mampu berdiri dan memiliki usaha yang pas untuk seterusnya, pemerintah tetap mengawal jalannya program.

Akan tetapi, masih terdapat pula beberapa orang yang luput dari sasaran itu, namun masih berjuang mengupayakan kehidupannya masing-masing, salah satunya Mbah Samini.

Tercatat sebagai warga RT.02/RW.06 Dusun Badegan, Desa Sokosari, Kecamatan Soko, Tuban, janda berusia 60 tahun itu tinggal sendiri pada sebuah kediaman yang sangat jauh dari kata layak.

Hanya pada bangunan sepetak ukuran 6x8, beralas tanah tak rata, di kelilingi kayu-kayu lapis yang mulai rapuh terkikis usia diselingi anyaman bambu yang telah menua, juga atap genting yang sudah miring, sebatang kara ia berjuang demi bertahan hidup, hanya untuk makan dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Sehari-hari ya hanya jualan lontong di rumah ini," terang Mbah Samini ketika dijumpai blokTuban.com, Minggu (30/9/2018).

Sebenarnya, Mbah Samini tak benar-benar sendiri. Dia memiliki seorang putra yang sudah berumah tangga, dan saat ini tengah bekerja sebagai kuli bangunan di kota Surabaya. Tentu dengan hasil yang pas-pasan, Mbah Samini tak tega merepotkan sang anak.

Sekitar 10 tahun lalu, sang suami telah berpulang dulu ke hadapan tuhan. Saat itulah, berjualan lontong walaupun di ruang sempit bagian depan rumahnya menjadi satu-satunya jalan meneruskan hidup tanpa merepotkan anak maupun tetangga-tetangga yang sudah terbilang mapan dari padanya.

Dia biasa menjual lontong sayur seharga Rp2.000 per porsi. Hasil yang begitu minim untuk dikatakan menjadi keuntungan. Bahkan, untuk memasak dan keperluan dapur lain, Mbah Samini masih menggunakan tungku masak dari tanah liat yang juga mulai retak dan rusak dengan bahan bakar kayu yang dicarinya setiap hari.

Kiasan Rumahku Adalah Surgaku, sepertinya telah dia coba nikmati. Terbukti dengan keadaan rumah yang minim. Hanya ada tempat tidur seadanya yang disekat anyamam bambu sebagai pemisah antara tempat jualan, dan tempat mandi. Tak ada batas tentu dimana ia harus berjualan, memasak, dan repot menyiapkan kebutuhan selayaknya orang berumah tangga.

Seumur hidupnya, ia mengaku tak pernah mendapat jatah maupun bantuan sosial dari pemerintah umum. Dari pusat, kabupaten, kecamatan, hingga pemerintahan desa tak pernah satupun instansi menyentuh kehidupannya.

"Gak pernah dapat bantuan. Sembako, uang, kesehatan atau apapun bantuan pemerintah belum pernah dapat seumur tua ini," ungkapnya.

Namun begitu, Mbah Samini selalu mengucap syukur atas nikmat berupa panjang umur disertai sehat lahir batin, tanpa gangguan fisik yang berarti. Baginya, kesehatan adalah utama dibanding harta apapun.

"Kalau dapat bantuan ya diterima, kalau tidak ya gak papa. Selalu sehat dan panjang umur pun sudah senang kok. Uang bisa dicari kalau sehat?, daripada uang banyak dapat bantuan tapi sakit-sakitan," pungkasnya dengan nada gurau disertai wajah sumringah mensyukuri hikmah hidup yang dijalani. [feb/rom]

mbah