Melihat Penambang Pasir Kayuh Manual Ngadirejo

Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com - Tambang pasir manual dengan cara mengayuh alat sejenis katrol, masih menjadi andalan para penambang pasir di Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban saat debit air bengawan solo naik seperti saat ini.

Aktivitas penambang mirip dengan prinsip kerja pengayuh sepeda. Menggunakan dua bak berlubang kecil yang berfungsi sebagai timba pasir, kemudian dimasukkan ke dalam permukaan air bengawan dengan dua besi sebagai kaki penjajaknya, hal itu dirasa lebih aman dari pada harus menyelam dan menaikkan pasir dengan wadah songkro, karena saat ini debit air naik turun.

Kotak bak yang dilubangi kecil sebagai penyaring air dan pasir, dijatuhkan ke bengawan dengan besi panjang sebagai kaki penjajak kedalaman bengawan bisa diangkat jika pasir telah masuk kedalam bak tersebut.

"Kalau sudah terisi pasir, pengayuh akan berat. Kita langsung kayuh krel itu untuk menaikkan pasir yang kita dapat," kata Sukri, warga setempat yang berprofesi sebagai penambang pasir kayuh manual, Senin (12/3/2018).

Butuh tiga sampai lima orang dalam satu perahu tambang. Mereka akan bergantian mengayuh katrol, menarik pasir ke permukaan perahu dengan mengandalkan otot lengan mereka. Jika ada lima orang dalam satu perahu, mereka dapat mengoperasikan dua pengatrol bak yang berada di sisi kanan kiri perahu. Namun, jika hanya tiga orang, mereka hanya mengoperasikan satu pengatrol bak saja.

Sekali eksekusi operasi perahu, para penambang bisa memperoleh satu rit pasir penuh selama beroperasi mulai pukul 10.00 hingga lepas adzan Dzuhur.  Hasil itu kemudian dinaikkan langsung ke permukaan bantaran, atau langsung ke truk pemuat pasir dengan harga Rp350.000 per rit.

"Hasilnya ya dibagi dengan teman yang ikut kerja, masing-masing dapat lima puluh hingga seratus ribu dari hasil satu rit pasir. Yang kalah lengannya, capek harus terus menaikkan bak pasir ke perahu," pungkasnya. [feb/rom]