Gara-gara Air, Masyarakat Miskin Rumah Tangga Kurang Harmonis

Reporter: Mochamad Nor Rofiq

blokTuban.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPR-KP) mengklaim, minimnya ketersediaan air minum merupakan indikator penyebab tingginya angka kemiskinan. Sebab, masyarakat kurang produktif ketika bekerja, lantaran memikirkan dan berusaha mendapatkan air.

"Minimnya air bisa menjadi indikator meningkatnya angka kemiskinan," tukas Kepala DPR-KP Kabupaten Tuban, Sudarmaji ketika mengidentifikasi kebutuhan air bagi masyarakat Bangilan dan Senori belum lama ini.

Alasanya kenapa? Mantan Kabag Kesra Kabupaten Tuban itu menjelaskan, indikator orang miskin itu disebabkan pendapatannya rendah. Kemudian apakah ada hubungan pendapatan rendah dengan sulitnya air? Pihaknya menegaskan sangat berhubungan erat.

Lalu ia mencontohkan, dengan salah satu desa di Kecamatan Grabagan. Di desa tersebut air sangatlah sulit. Untuk bisa mendapatkan air, warga harus mengambil ke desa lain yang jaraknya tidak dekat dan butuh waktu panjang.

Sehingga setiap hari, beber dia, warga harus memotong jam kerjanya untuk mencari air. Warga yang seharusnya kerja sampai sore, mereka harus pulang awal sekitar pukul 12.00 untuk mencari air.

"Tentu mereka tidak bekerja maksimal karena separuh waktunya digunakan untuk mencari air. Kan pendapatannya berkurang. Ketika pendapatan kurang angka kemiskinan terus meningkat," tandas Sudarmaji dengan yakin.

Lebih ironisnya lagi, lanjut pria yang pernah menjabat sebagai Camat Grabagan itu, minimnya sumber air juga menjadi indikator ketidakharmonisan rumah tangga. Sebab, gara-gara air minim mereka bisa cek-cok lantaran beda prinsip.

Ia mencontohkan lagi, si suami sudah capek ambil air. Namun sang istri terlalu menghambur-hamburkan air, atau sebaliknya. Pasti yang mengambil merasa jengkel dan cek-cok pun tak terhindarkan.

"Maka menurut kami, air sangat penting. Jika tidak terpenuhi maka kedua masalah bisa muncul kapan saja," pungkasnya. [rof/col]