Reporter: --

blokTuban.com - Di balik pemulas bibir yang kini jadi pelengkap tas tangan para perempuan ke mana mereka pergi, tersua sejarah panjang yang tak bisa dipisahkan dari pencarian identitas manusia.

Lipstik tak sekadar pewarna bibir. Kisah barang remeh temeh ini bermula dari 5.000 tahun silam dari bangsa Sumeria kuno. 

Di balik pemakaian lipstik, terkandung berbagai makna yang setiap bangsa memiliki tafsir masing-masing. Ada yang menganggapnya sebagai status sosial, sekadar kosmetik semata, penanda penyihir, karya ciptaan setan, hingga simbol emansipasi wanita.

Pencarian resep lipstik pun ternyata cukup rumit dan panjang. Orang Mesir kuno sempat memilih bahan yang salah sehingga lipstik pernah mendapat julukan "ciuman kematian" karena zat yang dipakai mengandung racun. 

Pencarian manusia terhadap formula lipstik seiring dengan pencarian manusia akan konsep kecantikan dengan berbagai pro dan kontra di tengah masyarakat saat itu. 

Bagi masyarakat Yunani kuno, llipstik sempat hanya digunakan oleh wanita tunasusila yang mencampurkan pewarna merah seperti anggur dengan bahan-bahan aneh, seperti keringat domba, air ludah, dan ekskresi buaya.

Lipstik kemudian menjadi cara untuk membedakan wanita tunasusila dari wanita lainnya. Bahkan, peradaban Yunani kuno mengeluarkan sebuah aturan yang melarang wanita tunasusila yang tampil tanpa lipstik karena dianggap berpura-pura menjadi wanita terhormat.

Sementara itu, negara tetangga Yunani, seperti Minoa dan Thera, mengadopsi budaya Timur Tengah yang menyukai kosmetik. Baru pada 700-300 SM, Yunani mulai menerima penggunaan kosmetik untuk kaum elite.

Tahukah Anda bahwa orang Inggris pernah menolak pemakaian lipstik? Pakai lipstik dianggap sebagai penyihir.

Seperti apa "pergulatan" pencarian lipstik dalam konteks peradaban dunia dari zaman Sumeria hingga kini?. [col]

Sumber: Kompas.com