Menelisik Jembatan Cincin Lama, Peninggalan Belanda Masih Digunakan Masyarakat Tuban hingga Sekarang

Reporter: Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Keberadaan Jembatan Cincin lama, yang berada di Desa Ngadipuro, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban hingga kini masih difungsikan dengan baik, oleh masyarakat sekitar sebagai jalan penghubung antar tiga kabupaten.

Uniknya, perlintasan dari Jembatan Cincin lama ini bukan terbuat dari aspal seperti umumnya, namun terbuat dari susunan kayu, sehingga struktur perlintasannya tidak rata.

Meski terdengar reyotan suara kayu saat pengendara roda dua melintasi papan-papan kayu tersebut. Namun hingga kini jembatan tersebut masih berdiri kokoh dan menjadi jantung perekonomian warga sekitar.

baca juga:

Kabar Gembira, Pemkab Tuban Fokuskan Proyek Perbaikan Jembatan Glendeng di Tahun 2023

Salah seorang masyarakat setempat, Mulyono menyebutkan jika jembatan ini merupakan peninggalan Belanda, yang menjadi saksi bisu penjajahan Belanda di Tanah Jawa.

“Jembatan ini sudah ada sejak Zaman Belanda, untuk tepatnya tahun berapa saya kurang tahu,” ujarnya kepada blokTuban.com saat ditemui dikediamannya, Sabtu (3/6/2023).

Menurut pria berusia 75 tahun ini, sebelum dilintasi kendaraan jembatan ini sendiri, dulunya difungsikan sebagai perlintasan kereta api. Namun, sejak Tahun 1980 an rel tersebut mulai ditutup.  

Disamping itu, jembatan ini juga pernah digunakan sebagai perlintasan kendaraan-kendaraan roda empat, sebelum akhirnya juga ditutup dan hanya roda dua yang diperbolehkan untuk melewati jembatan, yang menghubungkan Kabupaten Tuban dengan Kabupaten Bojonegoro, dan juga Lamongan tersebut.

“Sebelumnya kendaraan ya lewat sini semua, truk, bus, sepur (kereta api) semuanya lewat sini. Tapi sekarang kereta sama truk sudah tidak lewat sini. Dulu relnya ya di jembatan situ, kalau ada kereta lewat jalannya ditutup sebentar,” jelasnya.

baca juga:

Rujak Beling, Guru Asal Tionghoa yang Tak Lepas dari Sejarah Kelurahan Sidomulyo Tuban

Lebih lanjut, pria kelahiran 1948 ini juga menjelaskan, bahwa dahulu tempat ini juga digunakan sebagai tempat eksekusi para PKI (Partai Komunis Indonesia), pada Tahun 1965 silam.

 Konon, setelah para PKI tersebut berhasil dieksekusi, mayatnya langsung dibuang di aliran sungai bengawan solo tersebut, yang berada tepat di bawah Jembatan Cincin itu.

“Dulu para PKI dibeleh (eksekusi) disitu, waktu gerakan PKI 1965 dulu. Jadi setelah tusuk pakai pisau langsung dibuang ke bawah,” imbuhnya. [Sav/Dwi]

 

Temukan konten blokTuban.com menk lainnya di GOOGLE NEWS