Bukan Gelombang Panas, Ternyata Ini Penyebab Fenomena Peningkatan Suhu di Tuban Akhir-Akhir Ini

Reporter : Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Cuaca terik yang melanda Indonesia, termasuk Kabupaten Tuban bertepatan dengan musim mudik Lebaran 2023 akhir-akhir ini, banyak dikeluhkan oleh masyarakat luas.

Pasalnya, selain cuaca yang terik, suhu udara terasa lebih panas jika dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Fenomena suhu panas yang terjadi ini, rupanya juga dibenarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Tuban.

Bahkan Kepala BMKG Kabupaten, Zem Irianto Padma mengatakan untuk wilayah Jawa Timur, suhu maksimum tertinggi mencapai 35,4 derajat celcius. Sementara di Kabupaten Tuban sendiri, tercatat suhu paling tinggi sebesar 32,1 derajat celcius.

“Untuk wilayah Tuban berdasarkan pengamatan suhu udara maksimum harian, pada Bulan April 2023, tercatat paling tinggi suhunya terjadi pada tanggal 10 April 2023 lalu, yaitu sebesar 32,1 derajat celcius, artinya Tuban aman,” terangnya kepada blokTuban.com, saat dikonfirmasi Selasa (25/4/2023.

Kendati suhu udara terasa panas, lanjutnya, hal tersebut bukan disebabkan karena adanya gelombang panas atau heatwave seperti yang saat ini sedang melanda Asia Selatan, yang menimbulkan korban jiwa karena berdampak pada kesehatan tubuh dan kekeringan.

Menurut pria yang akrab disapa Zem ini, fenomena suhu panas yang terjadi belakangan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya karena dipengaruhi oleh gerak semu matahari, yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.

Oleh karena itu, fenomena suhu panas yang terjadi saat ini, dapat terulang kembali pada tahun-tahun berikutnya.

“Fenomena atau kejadian ini bukan disebabkan karena gelombang panas, karena tidak memenuhi kriteria atau kondisi gelombang panas tersebut. Secara karakteristik fenomena, suhu panas yangterjadi di Indonesia, merupakan fenomena akibat gerak semu matahari,” jelasnya.

Disamping itu, fenomena ini juga disebabkan lantaran saat ini Indonesia memasuki musim kemarau, serta intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan.

Akibatnya, radiasi matahari yang jatuh ke permukaan bumi akan langsung masuk karena tidak adanya penghalang.

“Saat ini wilayah Tuban sudah memasuki musim kemarau, dampaknya adalah curah hujan berkurang, adanya potensi terjadi kekeringan, udara terasa panas atau gerah,” katanya.

Lebih lanjut, Zem juga menambahkan fenomena suhu udara panas ini diprakirakan akan terus berlanjut, hingga Bulan Mei 2023 mendatang. [Sav/Dwi]

 

Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS