Syarat dan Niat Mengerjakan Shalat Jamak Taqdim dan Ta'khir Untuk Musafir
Oleh: Dwi Rahayu
 
blokTuban.com - Sebagai umat Islam wajib menunaikan ibadah sholat.Di satu sisi, Islam adalah agama yang memberi kemudahan bagi para pemeluknya.
 
Allah berfirman sholat merupakan tiang agama Islam dan sekaligus bukti seorang mukmim dan muslim taat kepada Allah SWT seperti pada Surat Adz-Dzariyat : 56.
 
Salah satu kemudahan atau keringanan bagi orang yang sedang melakukan perjalanan jauh boleh menjamak (mengumpulkan) shalat. Terutama, bila sewaktu-waktu dalam perjalanan jauh atau sebagai musafir.
 
Ada syarat-syarat sebelum diperbolehkan melakukan sholat jamak. Di antaranya, perjalanannya tersebut bukan bertujuan untuk hal maksiat, jarak minimal perjalanan harus mencapai farsakh.
 
Merujuk beberapa ulama, jarak 88 kilometer, 80 Km, 64 Km, dan 94,5 Km, dilakukannya harus saat masih berada dalam perjalanan. Tepatnya, dilakukan setelah keluar dari batas desa.
 
Jamak adalah mengumpulkan dua pelaksanaan shalat fardhu dalam satu waktu shalat, seperti melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar pada waktu Dzuhur sekaligus.   
Shalat fardlu yang bisa dijamak adalah Dzuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya. Jika dilakukan di waktu shalat yang pertama (Dzuhur atau Maghrib) dinamakan jamak taqdim, jika dilakukan di waktu shalat yang kedua (Ashar atau Isya) dinamakan jamak ta’khir.
 
Namun, tak setiap perjalanan yang ditempuh bisa mengerjakan sholat jamak. Sebab, ada ketentuan-ketentuan yang membolehkan seseorang melakukan sholat jamak.
Selain itu, ada syarat-syarat sebelum diperbolehkan melakukan sholat jamak. Di antaranya, perjalanannya tersebut bukan bertujuan untuk hal maksiat, jarak minimal perjalanan harus mencapai farsakh.
 
Merujuk beberapa ulama, jarak 88 kilometer, 80 Km, 64 Km, dan 94,5 Km, dilakukannya harus saat masih berada dalam perjalanan. Tepatnya, dilakukan setelah keluar dari batas desa.
 
Berikut panduan lengkap shalat jamak saat perjalanan jauh sebagaimana pernah dikutip dair NU Online:   
Jamak Taqdim Syarat-syarat jamak taqdim ada 4 (empat):   
1. Tartib, artinya mendahulukan shalat yang pertama daripada yang kedua seperti mendahulukan shalat Dzuhur daripada Ashar, atau mendahulukan Maghrib daripada Isya.   
2. Niat jamak dalam shalat yang pertama.   
Waktu niatnya adalah antara takbir dan salam. Tapi yang sunah niat bersamaan dengan takbiratul ihram.   
Bacaan niat shalat Dzuhur dan Ashar dengan jamak taqdim:    
أُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا بِالْعَصْرِ جَمْعَ تَقْدِيْمٍ لِلهِ تَعَالَى
    
"Saya niat shalat fardhu Dzuhur empat rakaat dijamak bersama Ashar dengan jamak taqdim karena Allah Taala." 
 
Bacaan niat shalat Maghrib dan Isya dengan jamak taqdim:    
أُصَلِّى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا بِالعِشَاءِ جَمْعَ تَقْدِيْمٍ لِلهِ تَعَالَى    
"Saya niat shalat fardhu Maghrib tiga rakaat dijamak bersama Isya dengan jamak taqdim karena Allah Taala."   
3. Muwalat (berurutan), maksudnya jarak pisah antara dua shalat tidak lama menurut ‘urf (kebiasaan yang terlaku). 
Jadi, setelah dari shalat yang pertama harus segera takbiratul ihram untuk shalat yang kedua.
   
4. Ketika mengerjakan shalat yang kedua masih tetap dalam perjalanan.   
Jamak Ta'khir  Adapun syarat-syarat jamak ta’khir ada dua:   
 
1. Bacaan niat jamak ta’khir dilakukan dalam waktunya shalat yang pertama.   
Lafal niat shalat Dhuhur dan Ashar dengan jamak ta’khir:    
أُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا بِالْعَصْرِ جَمْعَ تأخِيْرٍلِلهِ تَعَالَى
    
"Saya niat shalat fardlu Dhuhur empat rakaat dijamak bersama Ashar dengan jamak ta’khir karena Allah Taala."   
Lafal niat shalat Maghrib dan Isya dengan jamak ta’khir:   
أُصَلِّى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا بِالعِشَاءِ جَمْعَ تأخِيْرٍلِلهِ تَعَالَى    
Artinya: Saya niat shalat fardlu Maghrib tiga rakaat dijamak bersama Isya dengan jamak ta’khir karena Allah Taala.   
2. Ketika mengerjakan shalat yang kedua masih tetap dalam perjalanan sebagaimana keterangan di atas. 
 
 
Perjalanan jauh yang diperboleh untuk dijamak merupakan perjalanan dalam hal kebaikan seperti untuk silaturahmi, berdagang, rekreasi, menempuh pendidikan dan lainnya, bukan untuk hal maksiat.
 
 
Temukan konten berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS