Terapkan Konsep Ekonomi Sirkular, Rumah Kreatif Daur Ulang Sampah Jadi Robot dan Cat Dalang

Reporter: Nidlomatum MR

blokTuban.com - Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin) melalui website resminya sejak 2021 telah menggerakkan konsep ekonomi sirkular dengan menetapkan 5 prinsip utama yakni Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Repair. Reduce dimaknai sebagai upaya mengurangi pemakaian material mentah dari alam (reduce) dengan  penggunaan material yang dapat digunakan kembali (reuse),  berasal dari daur ulang (recycle), proses perolehan  kembali (recovery) dan material yang didapat dengan melakukan perbaikan (repair).

Konsep ini dinilai bisa berfungsi sebagai alternatif dari ekonomi liner /tradisional yang cenderung menganut prinsip membuat, menggunakan, membuang. Dengan ekonomi sirkular diharapkan masyarakat bisa lebih maksimal memanfaatkan bahan baku, selain itu juga bisa meminimalisir sampah, emisi, dan energi yang terbuang. 

Sebelum terkenal konsep ekonomi sirkular ini, pemilik galeri Rumah Kreatif,  Adib Nuryanto, warga Desa Mojodeso, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro sudah memulai menciptakan produk-produk berbasis 5R (reduce, reuse, recycle, recovery dan repair).  

Adib merupakan lulusan Sarjana Bahasa Inggris, dia mengaku belajar otodidak untuk mendaur ulang sampah menjadi produk-produk ciptaannya. 

"Seringnya kalau saya punya ide, malah dianggap aneh sama banyak orang. Kadang untuk mengawali, saya harus melakukan sendiri karena orang lain masih menganggap ide saya konyol," kata Adib mengawali pembicaraan. 

Sesuai nama galerinya, yakni "Rumah Kreatif",  banyak produk tercipta dari hasil berpikir unik pengelolanya,  di antaranya  robot dari kaleng plastik bekas, dan juga cat yang bisa digunakan untuk tembok maupun kayu dari pengolahan limbah batik dan banner. 

Diawali keresahannya melihat banyaknya jenis sampah yang berbahan dasar plastik di bengkel dan toko bangunan yang ternyata tidak bisa dijual ke pengepul karena mengandung bahan tertentu, dan kalau pun laku harganya murah, akhirnya Adib memutar otak bagaimana limbah tersebut bisa didaur ulang dan bernilai ekonomi tinggi.

Timbulah ide "nakal" memanfaatkan bekas kemasan oli dan kemasan pewarna cat untuk disulap menjadi robot. Melalui inovasi dan kreasi yang muncul, Adib pun membentuk tim terdiri dari 4 orang, yakni dirinya, Kastam, Daud dan Agus yang masing-masing diberi tanggungjawab berbeda-beda.

Meskipun dengan peralatan seadanya, ternyata limbah-limbah yang dikumpulkan berubah menjadi robot dengan tinggi sekitar 158 centimeter dan desain yang membuat orang melihatnya takjub. Banyak yang tak  menyangka robot unik itu terbuat dari barang-barang bekas. 

"Sebenarnya ide membuat robot ini saya dapatkan karena menjelang event karnaval, dan kebetulan banyak limbah bekas tempat oli dan cat warna yang jika dijual hanya laku murah," ungkap Adib Nurdiyanto. 

Adib mengaku, pemanfaatan bekas kemasan oli dan cat karena memang di Bojonegoro proses daur ulang dua produk ini masih minim. Mayoritas bank sampah yang ada di Kota Ledre mengolah barang dari plastik kemasan makanan ringan atau sabun. 

"Rumah Kreatif hanya melakukan aksi daur ulang sampah yang belum banyak dilakukan bank sampah di Bojonegoro, terutama di Desa Mojodeso. Misal, di bank sampah Mojodeso sudah melakukan aksi daur ulang sampah untuk sampah plastik berupa kresek, maka kami tidak melakukan hal serupa. Kami lebih fokus ke jenis plastik yang lain, misalnya botol minuman yang plastik nya tebal dan wadah plastik tebal (wadah oli)," ujarnya. 

Adib mengaku memberdayakan tetangga-tetangganya untuk membantu mengerjakan jika ada pesenan robot. Untuk pengerjaan satu unit robot, bisa dikerjakan minimal dua orang selama sekitar 5 hari. 

"Kebetulan tenaga kami ambil dari bapak-bapak tetangga sekitar rumah, dengan berbagai profesi misal tukang, petani, dan pedagang makanan. Kalau di tempat lain, kan pembuatan kerajinan biasanya oleh ibu-ibu," jelas Adib. 

Selain memanfaatkan material sampah plastik untuk membuat robot, Rumah Kreatif juga memiliki terobosan produk lain berupa cat tembok maupun kayu dari limbah batik dan banner.

Ide menciptakan cat yang diberi merek "Dalang" (Daur Ulang) ini terlintas pasca kegiatan pesta demokrasi tahun 2019 lalu. Awalnya salah satu pengusaha percetakan banner dari vinyl bingung bagaimana membuang limbah cair banner sehingga dia menampungnya di beberapa drum. Mengetahui hal ini, tim Rumah Kreatif pun melakukan percobaan bagaimana bisa memanfaatkannya, apalagi limbahnya bisa menyebabkan gatal-gatal. 

"Oleh karena itu, sangat jelas bahwa limbah ini sangat mencemari air ketika dibuang langsung ke lingkungan," tuturnya.

Bersama timnya, Adib pun mulai mencoba mengolah limbah cair ini menjadi cat yang cocok digunakan untuk tembok dan pelapis kayu.  

Selain limbah banner, ia juga menyulap limbah cair batik menjadi produk serupa. Hasil percobaan diketahui ternyata cat yang dijadikan bahan percobaan efektif untuk menutup pori-pori pada kayu. Ketika diaplikasikan untuk tembok saat diujikan ke bahan logam seperti seng, daya lengketnya tinggi.

Karena tim pembuatan robot maupun Cat Dalang ketika siang hari beraktivitas sesuai pekerjaan masing-masing ada yang sebagai petani, tukang dan pedagang makanan. 

Selama ini, penjualan produk daur ulang tidak hanya di dalam Kota Bojonegoro, tapi juga merambah ke luar kota seperti Tuban dan Lamongan. "Konsumen paling banyak justru dari Lamongan.  Untuk kerajinan bentuk robot, harga jual produk daur ulang kami mulai Rp750.000 hingga Rp1,5 juta per produk nya. Kalau untuk Cat Dalang kami jual Rp70.000 per kilogram. Biasanya robot dipesan  lomba lingkungan hidup, baik pribadi maupun atas nama sekolah, ada juga untuk event pameran," imbuhnya.[lis/dwi]

 

 

Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS