Unik! Warga Tuban ini Ubah Limbah Batok Kelapa Jadi Kerajinan Bernilai Jual Tinggi

Reporter : Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Bagi sebagian masyrakarat, mungkin tempurung kelapa atau yang sering disebut dengan batok kelapa, hanyalah limbah yang tidak berguna dan tidak dapat dimanfaatkan keberadaannya.

Namun siapa sangka, ditangan terampil salah satu masyarakat di Kabupaten Tuban ini, batok kelapa justru disulap menjadi berbagai macam kerajinan tangan, yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Jumat, (21/10/2022).

Menurut Ayu Damayanti, usaha kerajinan dari batok kelapa ini dirintisnya bersama sang suami, sejak tahun 2020 silam. Bermula untuk mengisi waktu luang di masa pandemi, hingga muncul ide memanfaatkan limbah tak terpakai dengan membuat kerajinan yang unik dan menarik.

Baca juga: Sosok Ipda Kistelya Pratayama Ray, Perempuan Asal Riau yang Suka Becek Mentok Khas Tuban

“Masa pandemi itu, kita punya banyak waktu nganggur terus suami sering ikut ke pasar. Disitu lihat banyak limbah-limbah seperti ini, jadi muncul ide untuk memanfaatkannya, dan akhirnya coba-coba itu,” ungkapnya kepada blokTuban.com saat ditemui di rumah produksinya.

Selama kurang lebih dua tahun berkecimpung dalam usaha ini, sudah banyak karya-karya seni yang dihasilkan oleh pasangan suami-istri, yang tinggal di Kelurahan Kebonsari, Kecamatan/Kabupaten Tuban tersebut.

Mulai dari bross hingga pajangan rumah, yang berbentuk bunga maupun hewan seperti kupu-kupu, lebah, dan beberapa jenis karya unik lainnya. Kendati proses pembuatan satu karya ini cenderung sulit, namun harga yang ditawarkan juga terbilang ramah dikantong, yaitu mencapai Rp30-50 ribu untuk jenis bross, sedangkan kerajinan untuk pajangan atau hiasan rumah, dibandrol dengan harga Rp75.000 hingga Rp200.000, tergantung dari ukurannya.

Kerajinan batok kelapa berupa hiasan dinding yang aestetik. (Sav/bloktuban)

“Pengerjaannya lama, mungkin satu minggu baru selesai, tapi memang biasanya membuatnya langsung banyak. Tapi harus gregaji satu-satu dulu, pengerjaannya selema ini hanya dibantu saudara dua orang,” ujarnya.

Perempuan berusia 33 tahun ini juga menambahkan, jika kendala yang dialaminya ialah pada pemasaran produknya. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang tidak menghargai seni dan menganggap, jika harga yang ditawarkannya terlalu mahal.   

Baca juga: Mengintip Gurihnya Bisnis Aneka Camilan di Tuban Yang Beromzet Jutaan Rupiah

Selain itu,  ia juga mendapat sedikit kesulitan dalam proses produksinya, karena bentuk dan warna batok kelapa yang hendak digunakan seringkali tidak sama, sehingga untuk membuat satu buah produk, terlebih dahulu harus ditemukan warna dan ketebalan yang sama.

“Peminatnya sebenarnya semua kalangan, mulai anak muda sampai dewasa. Tapi memang kebanyakan ibu-ibu yang suka sama bross nya. Untuk bahannya biasanya kita ada pemasok dari pasar, kita minta tolong sama yang jual kelapa untuk menyisihkan batok kelapa yang lebar, biar gampang,” bebernya. 

Lebih lanjut, Ayu sapaan akrabnya berharap, untuk ke depannya usaha kerajinan yang dijalankan bersama suaminya tersebut, bisa terus berkembang dan lebih dikenal lagi dari sebelumnya. [Sav/Dwi]

 

Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS