Pantangan Karnaval Berkuda Lewati Makam Desa Klotok, akan Lepas Kendali dan Ngamuk

Reporter : Muhammad Nurkholis

blokTuban.com - Satu lagi cerita unik datang dari Desa Klotok, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban. Umumnya, sebuah karnaval yang dimeriahkan iring-iringan rombongan yang berkuda akan lebih ramai dan menarik. Baik pesertanya menunggangi kuda langsung, maupun kereta kuda hias. 

Bagi pemilik kuda yang sudah meyakini cerita itu, tentunya akan memilih jalan lain dan menghindari makam di Desa Klotok. Bukan tanpa sebab, ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar bagi yang mempercayai kelebihan dari Makam Mbah Ngali Klotok. 

Kasi Pemerintahan Desa Klotok, Kusyaini kepada blokTuban.com, menjelaskan kuda yang berani melintasi area makam Mbah Ngali kerap lepas kendali dan mengamuk. Oleh sebab itu, pemilik kuda yang sudah paham akan memilih rute yang lebih aman meskipun agak jauh. 

Tak hanya soal kuda, pantangan juga berlaku bagi para peziarah. Mereka yang datang untuk berdoa, dilarang mengenakan pakaian seragam dinas lengkap. 

"Karena akan menyebabkan kesengsaraan bagi peziarah itu," ujar Kusyaini, Kamis (5/5/2022). 

Lanjut pamong desa ramah itu, bahwa Mbah Ngali juga memiliki peninggalan dan karomah yang masih membawa manfaat hingga saat ini yakni sebuah sumur. Konon, bagi yang mengambil airnya diyakini menjadi obat mujarab. 

Berdasarkan literatur buku sejarah Tuban terbitan tahun 1974 pengarang R. Irchamni dan selayang pandang Desa Klotok, bahwa Mbah Ngali disebut memiliki nama lain seperti Ali Mahmud Wijoyo dan Ali Syidin Panotogomo.

Mbah Kyai Ngali masyarakat Klotok menyebutnya, konon merupakan prajurit Mataram yang mengalami kekalahan perang dari Belanda. Mbah Ngali kemudian mengasingkan dirinya dan menyamar dari kejaran Belanda sembari menyiarkan Islam dan sampailah di Klotok. 

Sama dengan cerita yang diungkapkan Pemdes Klotok, bahwa konon dulunya warga Klotok sangat fanatik (kolot) dengan agama nenek moyang yaitu Hindu dan Budha dan Mbah Kiai Ngali terus berjuang berdakwah hingga tutup usianya dan dimakamkan di Dusun Lingit, Desa Klotok.

Secara geografis, Desa Klotok sebelah utara berbatasan dengan Desa Magersari, timur Desa Kedungsoko, barat Desa Bandungrejo, dan selatan berbatasan langsung dengan Sungai Bengawan Solo. [Nur/Ali]