Ada 1.653 Kasus Ketidakadilan Gender di Tuban Sejak 2014

Reporter : Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com - Ketidakadilan gender menjadi suatu masalah yang kerap terjadi baik di lingkup keluarga, masyarakat, individu ataupun negara. Seringkali perempuan menjadi korban dari adanya ketidakadilan gender, yang tentu merugikan pihak perempuan. 

Di Kabupaten Tuban sendiri, ada banyak kasus ketidakadilan gender yang kerap dialami oleh perempuan. Menurut catatan dari Koalisi Perempuan Ronggolawe (KP. Ronggolawe) sejak tahun 2014 hingga 2021 terdapat 1.653 kasus ketidakadilan gender yang membooming di Bumi Wali. Di mana kasus tersebut didominasi oleh kekerasan.

"Kasus kekerasan yang sering dialami oleh perempuan adalah kekerasan seperti KDRT, penelantaran dan psikis. Adanya kasus kekerasan pada perempuan adalah dampak dari ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan. Data kasus kekerasan yang kami tangani sebanyak 1.653," terang Suwarti, Ketua K.P Ronggolawe kepada blokTuban.com, Selasa (5/4/2022). 

Kendati sudah banyak kasus yang tertangani namun kasus tersebut seperti fenomena gunung es yang hanya terlihat ujungnya saja. Artinya, masih banyak perempuan yang mengalami ketidakadilan gender yang tidak melaporkan hal tersebut kepada pihak terkait. 

Menurut Suwarti, salah satu faktor penyebab adanya ketidakadilan gender di Kabupaten Tuban terjadi karena masih maraknya budaya patriarki yang masih kental di Indonesia. Hal itu menyebabkan kaum laki-laki memiliki suprioritas yang tinggi baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat, keluarga ataupun bernegara. 

Selain itu, tindak kekerasan tersebut juga terjadi karena adanya steorotype bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan tidak tahan banting, sehingga terjadilah subordinasi jenis kelamin dan menomor duakan perempuan dari berbagai aspek. Seperti halnya dalam kasus pekerjaan. 

"Penyebab ketidakadilan gender antara lain masih maraknya budaya patriarki, terbatasnya akses dan partisipasi perempuan, pelebelan sifat-sifat tertentu yang diberikan kepada perempuan. Seperti perempuan harus patuh, mengalah dan tidak perlu pendidikan tinggi karena pasti akan di domestik juga," jelasnya.

Tidak sampai di situ saja, perempuan juga seringkali memiliki beban ganda. Satu sisi harus melakukan pekerjaan-pekerjaan domestik seperti mencuci, memasak, merapikan rumah dan mengurus anak. Di samping seluruh pekerjaan rumah tersebut, perempuan juga masih harus bekerja mencari nafkah, serta menjadi pendamping yang baik bagi suami. [Sav/Ali]