Kasus Kekerasan Pada Anak Meningkat, Orangtua Wajib Kenali Ciri-Cirinya

Reporter : Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com - Kekerasan pada anak merupakan segala macam bentuk perlakuan yang menyakiti anak baik secara verbal, fisik, emosional dan eksploitasi. Atau penelantaran yang berpotensi membahayakan pertumbuhan, perkembangan, kesehatan dan juga kelangsungan hidup seorang anak. 

Hal ini sangat menjadi perhatian lantaran semakin lama angka kasus semakin meningkat, walaupun sebenarnya angka yang tercatat tersebut belum angka yang sesungguhnya karena fenomenanya seperti gunung es. Artinya, kasus yang terlaporkan dan tercatat tersebut hanya sebagian kecil saja. 

Bahkan pada tahun 2022 kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melaporkan jika angka kekerasan pada anak mencapai 14.571 kasus kekerasan dan 45,1 persennya adalah kekerasan seksual.

Oleh karena itu, sebaiknya orangtua perlu waspada dengan mengetahui ciri-ciri anak yang mengalami hal tersebut, terutama anak yang menginjak usia remaja. Sebab pada masa itu anak cenderung lebih tertutup dan tidak banyak bercerita kepada orangtuanya.  

“Jika di masa pandemi anak-anak selalu di rumah maka pelakunya adalah orang terdekatnya, cara menandai atau mengetahui anak mengalami kekerasan seksual yaitu yang pertama anak yang mengalami kekerasan akan mengalami perubahan perilaku,” jelas Dr. Eva Devita Harmoniati, Sp. A (K), Ahli Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial, saat mengisi acara tanya IDAI, dikutip pada Kamis (10/3/2022). 

Biasanya perubahan itu terlihat ketika sebelumnya anak terlihat ceria atau banyak bercerita ke orangtuanya maka tiba-tiba menjadi pendiam. Selain itu juga mengalami gejala-gejala gangguan seperti gangguan tidur ataupun gangguan makan.

“Yang tadinya makannya banyak jadi tidak mau makan atau sebaliknya bawaannya ingin makan terus karena terlihat gelisah dan pelampiasannya adalah dengan makan,” terangnya. 

Selain itu, perempuan berhijab itu melanjutkan jika gangguan lainnya yaitu anak menjadi sering terbangun di malam hari karena mengalami mimpi buruk. Selanjutnya, jika sudah sampai terjadi penetrasi dan perlakuan organ genetal pada anak, maka bisa jadi anak mengalami keluhan-keluhan di organ genetialnya.

Seperti saat buang air kecil dan buang air besarnya sakit. Kemudian jika anak sudah pada usia lebih dewasa akan mengeluh terjadi keputihan atau ada infeksi di saluran kemihnya. 

“Dan orangtua kadang-kadang tidak sadar bahwa itu adalah tanda-tanda bahwa anaknya mengalami sesuatu karena mereka tidak akan cerita apalagi pelakunya ada didalam rumah,” katanya. 

Lebih lanjut, jika pelakunya tersebut adalah orang terdekat yang berada dalam lingkup rumah, maka tanda-tanda yang bisa diketahui orangtua yaitu anak cenderung mengurung diri di kamar apabila ada pelaku, serta terdapat perubahan perilaku anak terhadap orang-orang yang menjadi pelaku terhadap kekerasan tersebut. [sav/ono]