Fuzzy Lop, Jenis Kelinci Hias yang Banyak Peminatnya di Tuban

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Kelinci tidak hanya dipilih sebagai hewan peliharaan, tetapi juga bisa dimanfaatkan dagingnya. Sebab, daging kelinci kaya akan protein dan memiliki banyak khasiat dalam tubuh. 

Kelinci untuk hewan peliharaan dan kelinci untuk sumber pangan ternyata berbeda. Biasanya, kelinci untuk peliharaan disebut dengan kelinci hias. Sedangkan kelinci untuk sumber pangan adalah kelinci pedaging.

Selain dibedakan menjadi dua jenis tersebut, kelinci juga memiliki berbagai jenis ras, seperti halnya kucing. Ras kelinci hias yang paling sering didengar adalah anggora. 

Erik Okta Putra Wijaya, salah satu peternak kelinci di Kabupaten Tuban mengungkapkan, kelinci hias paling diminati adalah jenis fuzzy lop yakni kelinci dengan bulu panjang dan telinga ke bawah.

“Kalau menurut saya pribadi, jenis yang paling bagus di sini Holland Lop. Jenis itu untuk penjualan juga sangat bagus tetapi harganya lumayan mahal. Anakan saja bisa sampai Rp 500 ribu,”

Biasanya, pembeli kelinci-kelinci hias diungkapkan Erik banyak berasal dari para penghobi. Untuk masyarakat awam biasanya membeli jenis kelinci lokal, karena harga yang relatif murah. Pria 25 tahun tersebut mengambil kelinci-kelinci hias dari daerah Tasikmalaya dan Bandung, Jawa Barat, sedangkan untuk jenis lokalan dari Bojonegoro.

“Harga kelinci lokal saya jualnya Rp 35.000. Tapi, saat ini banyak kelinci lokal yang sudah disilangkan. Biasanya anaknya itu bisa lebih panjang-panjang bulunya dan lebih bagus,” jelasnya.

Sebelumnya, Erik juga sempat breeding kelinci sendiri jenis fuzzy lop di tahun 2017 lalu, namun karena permintaan semakin banyak, ia tidak lagi breeding karena waktu yang tidak memadai. Saat ini hanya mengambil kelinci ketika ada pesanan saja. 

“Breeding itu kan satu bulan kelinci hamil, paling nggak dua bulan lagi baru bisa dijual jadi nggak ngatasi. Untuk anaknya itu nggak tentu ada berapa, kalau di kandang saya sendiri paling sedikit dua paling banyak 12,” ujarnya.

Sejak awal pandemi Covid-19, pemuda asal Kelurahan Doromukti, Kecamatan Tuban itu tidak lagi memiliki banyak stock kelinci karena pengiriman yang dulu sempat terganggu, sehingga hanya membeli ketika ada penghobi yang mencari kelinci hias saja. 

Ditambah lagi saat ini merupakan musim hujan yang mana cuacanya rawan bagi kelinci karena mereka tidak kuat jika terkena angin secara langsung.

“Dulu pengiriman kereta awal covid-19 kan diberhentikan jadi mau ambil nggak bisa, rawan juga, dan ongkosnya mahal pengiriman. Permintaan padahal banyak sebenarnya kelinci-kelinci hias yang dari Bandung itu, tapi perjalananya yang nggak bisa dulu,” ungkapnya. [Din/Ali]