Musim Hujan Jadi Masa Paceklik Bagi Petani Lebah Madu

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Iklim dan cuaca rupanya bisa menjadi tantangan utama bagi beberapa pekerjaan, salah satunya petani lebah madu. Untuk menghasilkan madu, lebah membutuhkan sari bunga atau nektar, ketika cuaca tidak menentu maka akan berpengaruh pula terhadap nektar yang dihasilkan bunga.

Salah satu penjual madu asal Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban mengungkapkan bahwa madu yang alami tidak panen setiap saat karena berhubungan dengan musim bunga, sehingga stok madu alami terbatas dan memiliki harga yang relatif tinggi.

“Kalau petani madu yang alami, artinya madu tersebut dihasilkan lebah madu yang menghisap dari sari bunga (nektar) asli bukan cairan gula, maka panennya tergantung musim bunga,” jelas Wawan Eko kepada reporter blokTuban.com pada Jumat (28/1/2022).

Wawan melanjutkan, waktu untuk memanen madu tidak bisa bersamaan, sehingga tidak semua jenis madu bisa tersedia dalam waktu yang sama. 

“Semisal ini madu nektar bunga randu panen Bulan Juni, nah kalau dari nektar bunga rambutan panennya oktober,” terangnya.

Pria 34 tahun tersebut juga mengatakan bahwa musim hujan adalah masa paceklik dari petani madu alami. Bahkan dengan melimpahnya jenis tanaman tertentu sekalipun tidak menjamin mengandung nektar. 

“Salah satunya madu kaliandra, bahkan petani kami terakhir panen kaliandra tahun 2019 lalu, sampai saat ini belum bisa panen lagi,” ungkapnya.

Ia melanjutkan bahwa petani madu alami yang biasa menjadi langganannya mengambil stock madu pernah gagal panen madu kaliandra sampai 4 kali sejak tahun 2016 karena cuaca yang tidak menentu.

 “Padahal di Tasik itu tanaman kaliandra banyak tapi nggak bisa panen sama sekali. Tapi dapat info, kalau musimnya bagus insya allah bisa panen bulan 3 nanti, kalau nggak bagus ya gagal panen lagi,” ujarnya.

Madu memiliki rasa, kadar air, dan warna yang berbeda tergantung dari jenis lebah dan nektar yang dihisapnya. Menurut Wawan, pembeli madu alami miliknya lebih banyak yang menyukai rasa manis, sehingga madu dari jenis lebah Mellifera lebih banyak diburu. 

“Kalau dari nektarnya, madu kaliandra masih jadi primadona, kemudian madu randu,” terangnya.

Harga madu alami yang dijualnya untuk jenis madu mellifera kemasan 330 gram sebesar Rp 90-000-Rp 95.000, sedangkan harga perkilonya berkisar dari Rp 210.000-Rp 230.000. Untuk harga madu dari jenis lebah trigona/klanceng dijual kemasan 330 gram sebesar Rp 160.000, sementara harga perkilonya mencapai Rp 400.000. [din/ono]