Angka Stunting Tuban Mengkhawatirkan, Lampui Provinsi dan Nasional

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Pada perayaan Hari Gizi Nasional ke-26, Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB (Dinkes P2KB) Kabupaten Tuban membeberkan angka stunting di Tuban masih tinggi yaitu 25,1 persen. Angka tersebut di atas rata-rata provinsi, yaitu 23 persen  dan nasional 24, 4 persen.

Kepala Dinkes P2KB, Bambang Priyo Utomo mengatakan, stunting selain menjadi fokus kesehatan nasional, juga menjadi fokus program Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky. Untuk menangani stunting, Dinkes P2KB  tidak bisa melakukan sendirian, tetapi membutuhkan dukungan lintas sektoral. 

"Kita akan gandeng Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait mulai Dinas Pendidikan, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan, dan lainnya," ujar Bambang dalam keterangan resminya. 

Bambang menambahkan, tingginya angka stunting juga menjadi salah satu indikator naiknya kemiskinan di Tuban. Untuk memutus mata rantai stunting akan dilakukan dengan cara memperhatikan gizi ibu hamil, hingga pada 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). 

“Tuban punya 72 ahli gizi yang tersebar di semua rumah sakit dan 33 puskesmas. Mereka bertugas untuk memberikan edukasi kepada ibu, calon ibu, sampai remaja,” jelas mantan Kepala Puskesmas Tambakboyo. 

Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Menik Musyahadah menambahkan, dengan stunting menjadi program prioritas Bupati Halindra diharapkan lebih maksimal dalam mengintervensi pencegahan stunting. 

Persagi Tuban telah bekerjasama dengan Bunda PAUD agar penanganan bisa dilakukan hingga di akar rumput. Ada enam intervensi yang dilakukan oleh Persagi Tuban mulai promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA), promosi dan konseling menyusui atau ASI eksklusif.

Pemantauan pertumbuhan dan perkebangan anak. Pemberian suplemen tablet tambah darah bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A. Penanganan masalah gizi dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan terakhir tatalaksana gizi buruk dengan intervensi spesifik diikuti dengan strategi peningkatan kapasitas SDM, peningkatan kualitas program, penguatan edukasi gizi dan penguatan manajemen intervensi gizi di puskesmas dan posyandu. 

Untuk obesitas, Menik menjelaskan jika angka obesitas di Kabupaten Tuban meningkat di masa pandemi. “Untuk balita 3,8 persen dan untuk usia 18 tahun keatas ada di angka 21,8 persen,” ungkap Menik. 

Faktanya, kemudahan teknologi serta adanya sekolah daring dan sistem Work From Home (WFH) membuat masyarakat kurang bergerak, akibatnya mereka terkena obesitas. 

“Ingin makan tinggal pesan online, dan jajan apapun terutama koren food yang saat ini digandrungi, dan makanan kaya natrium lainnya, itu memicu obesitas dan penyakit degenerative,” jelas Menik. [ali/ono]