Relaksasi Bisa Jadi Cara Penanganan Nyeri Ringan Tanpa Obat

 

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Rasa nyeri merupakan sesuatu yang normal, bahkan kemungkinan bisa sering terjadi pada setiap orang. Secara definitif, nyeri merupakan kondisi tidak nyaman yang dapat mengganggu kapabilitas seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari, biasanya nyeri juga bisa menjadi sinyal bahwa ada sesuatu yang salah dengan tubuh seseorang.

Rasa nyeri bisa diakibatkan oleh banyak hal dan juga terdapat beberapa klasifikasi nyeri, seperti nyeri kronik dan nyeri akut. Untuk mengatasi nyeri kronis ringan, Dokter Spesialis Anestesi RSUD dr. R. Koesma Tuban, yakni dr. Andri Nur Wahyudi, Sp. An membagikan cara manajemen nyeri kronik ringan tanpa harus minum obat. Obat anti nyeri tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan dan berlebihan karena apabila digunakan secara kurang tepat bisa menyebabkan komplikasi, seperti kebocoran lambung, gagal ginjal, atau penyakit yang lain.

“Jadi misalkan nyerinya itu masih ringan, bisa dilakukan penanganan lain tanpa minum obat. Jangan hanya karena pernah dikasih obat anti nyeri kemudian merasa nyaman malah digunakan terus-terusan apalagi tanpa dikonsultasikan terlebih dahulu,” ujarnya.

Rasa nyeri dihantarkan oleh mediator atau zat kimia menuju ke otak, sehingga apabila zat kimia tersebut bisa dihambat maka kita tidak akan merasa nyeri. Salah satu cara untuk menghambat zat kimia penghantar rasa nyeri menuju otak adalah dengan stimulus fisik, seperti diusap-usap atau dipijat secara perlahan.

“Contohnya ketika terantuk batu atau kejedot dan kemudian kita usap-usap, pasti ada rasa sakit yang berkurang. Nah ketika ada stimulus fisik, secara ilmiah memang bisa mengurangi sinyal nyeri yang menuju ke otak,” jelasnya.

Stimulus fisik seperti hal di atas memiliki dasar serupa dengan cara kerja obat nyeri karena obat nyeri juga berfungsi untuk menghambat sinyal kimia menuju otak, sehingga sesorang tidak lagi merasakan nyeri. Selain stimulus fisik, relaksasi atau melakukan sesuatu yang kita sukai juga merupakan cara untuk memanajemen nyeri.

“Seperti mendengarkan musik, atau ketika melaksanakan ibadah, yoga, bahkan afirmasi ke diri sendiri itu juga hal-hal yang bisa membantu menghambat penghantaran sinyal ke otak,” ujarnya.

Ia melanjutkan, penanganan rasa nyeri dengan melakukan hal-hal tersebut memang nampak sebagai pengalih atau distraksi saja, namun secara kajian ilmiahnya terbukti bisa mengurangi rasa nyeri.

dr. Andri juga mengungkapkan bahwa tindakan nyeri tanpa obat diaplikasikan pada pasien-pasien dengan nyeri level ringan ke sedang. “Kalau untuk nyeri yang levelnya tinggi, memang harus diberi obat. Namun ada tindakan intervensi nyeri yang tanpa obat yakni menggunakan radio frekuensi untuk level nyeri sedang ke berat,” ujarnya.

Pada dasarnya, nyeri merupakan rangsangan personal yang tidak bisa dibanding-bandingkan dengan orang lain. “Kita nggak boleh invalidasi nyeri dari pasien karena memang toleransi tiap orang berbeda,” ungkapnya. [din/col]